9. Balasan Kiss

42.6K 2.6K 36
                                    

Lili sangat kesal. Mood semakin berantakan saat melihat Haidar kembali tidak bisa di ajak kerja sama. Haidar terus saja diam, bahkan menghindar seolah jijik melihat Lili.

"Apa karena ciuman malam kemarin?" gumam Lili sangat samar. Lili menghela nafas jengkel. Dia memang salah dan harus minta maaf.

Meski mereka pernah lebih dari itu tapikan hubungan mereka tetap teman, tidak lebih. Malam kesalahan itu mungkin bagi dia dan Haidar hanya ONS. Selebihnya ya asing lagi.

"Stop! Haidar!" Lili memasang wajah tegas dan jengah.

Haidar menoleh sekilas, tidak peduli dan kembali menjauh saat Lili duduk di sampingnya.

"Gue bilang stop!" jerit Lili sangat teramat jengkel.

Haidar melirik Lili semakin tajam nan kesal. "Bodoh!" gumamnya lalu duduk di ujung kursi yang cukup jauh dari Lili.

Lili menoleh ke sekitar saat sadar banyak pasang mata yang sama kesal seperti Haidar. Astaga! Lili lupa kalau mereka sedang di perpustakaan.

Harusnya Lili diam tak banyak bicara. Pantas saja Haidar terus menghindar. Oke, kali ini dia mengakui kalau dia bodoh.

***

Lili berjalan lesu meninggalkan kampus. Dia berdiri di pinggir jalan menunggu jemputan yang telat karena macet.

Lili menghela nafas lelah. Haidar membuat energinya habis. Padahal niat Lili ingin minta maaf soal ciuman malam itu.

"Hai,"

Lili menegang di tempatnya. Sosok yang ingin dia lupakan itu kini tersenyum di atas motornya.

"Belum di jemput?" tanyanya ramah.

"Iya." singkat Lili datar. Mencoba tidak gugup, tidak salah tingkah atau canggung.

"Mau nebeng? Aku juga mau pulang," tawarnya.

"Ga usah, kasihan pak sopir udah mau sampe kok." balasnya dengan senyum tipis agar terlihat ramah walau jatuhnya seperti di paksakan.

"Oke. Nanti malem aku ke rumah, kita harus ngobrol." setelahnya motor pun melaju.

Lili mengusap dada, menghembuskan nafas dengan bebas. Rasanya dia sulit bernafas saat ada dia.

"Minggir!"

Lili terperanjat teramat kaget. Di tatapnya Haidar yang melajukan motornya menjauh itu dengan sangat marah dan penuh kebencian.

Padahal jalanan luas, kenapa harus mengusiknya yang berdiri di pinggir jalan? Emang hanya ingin membuatnya marah!

Mood Lili sungguh terjun bebas! Kacau!

***

"Euuuu!" Lili sendawa dengan hebatnya. Bibirnya menebal dan memerah karena pedas. Ingus beberapa kali dia tarik bahkan sudutnya berair saking menahan pedas.

Lili tidak langsung pulang. Dia berhenti untuk makan bakso dulu. Dia butuh pelampiasan.

Lili merogoh saku, mengeluarkan ponselnya yang berbunyi. "Papa, nelpon," gumamnya lalu langsung dia angkat.

"Kenapa, pa?" tanyanya.

"Masih dimana? Cepat pulang, Lili. Papa sama mama mau pamitan, kan dua malam kerja di luar kota,"

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang