40. Kini Lili Yang Mau Terus

30.1K 1.5K 11
                                    

"Celana aku mana?" Lili bertanya dengan lesu dan mulai ngantuk.

Haidar menyimpan segelas air minum bekasnya itu ke nakas lalu membantu Lili mencari di dalam selimut.

"Celana dalam?"

Lili mengangguk, "Ada?" Lili membuka selimut dan masih mencari walau tak bebas karena perutnya sudah tak kecil lagi.

"Nih," Haidar menemukannya.

"Mau yang baru deh, kotor takutnya kena kaki saat di dalem tadi." Lili hendak turun pun di tahan, Haidar memilih yang turun.

Haidar meraih satu lalu mendekat dan naik lagi ke kasur.

"Makasih,"

"Hm." Haidar mengusap punggungnya sekilas lalu rebahan.

"Aku gendut banget," kata Lili dengan terengah pelan, memasangkan celana saja lumayan bikin ngos-ngosan.

"Sehat, malah makin cakep." Haidar mengusap lagi punggung Lili yang melebar.

Lili tertawa pelan. "Kok makin bawel, makin suka puji, cinta banget ya sekarang?" Lili mendekat, mencolek hidung Haidar.

"Kok tahu?" Haidar mengulum senyum, menyambut Lili yang kembali rebahan. "Sini cium dulu, makasih ya untuk malam ini." bisiknya.

Lili menengadahkan tangannya. "Minta hadiahnya," balasnya.

"Mau apa?" Haidar membelai wajah Lili. Dia benar-benar cantik, mungkin setelah jatuh cinta Haidar baru di sadarkan.

"Mau berlian,"

"Bukannya ada?"

Lili cemberut. "Tambah dong, bisa di jual lagi kalau butuh. Ga boroskan?" tanyanya riang dan mulai membujuk, merayu, menghasut.

"Hm, beli aja. Besok ga usah ke kantor, aku pulangnya juga siang." Haidar membenamkan wajahnya di leher Lili, begitu nyaman.

"Oke. Papah udah ga ganggu lagi?"

Haidar terdiam, menatap kulit leher Lili lalu menjauhkan wajahnya. Dia harus jujur bukan. "Masih, makanya Nabila sampe nekad sakitin kamu. Dia masih di desak buat dapetin aku demi kemajuan perusahaan. Kotor bangetkan caranya, makanya aku berusaha keras nolak tapi kayaknya udah takdir aku." pasrahnya.

***

"Om, apa kabar?" Haidar menyambut ramah, ada adik dari ayahnya.

"Baik-baik, gimana sama kamu dan istri? Denger-denger istrimu sedang hamil?" tanya Dandi.

"Ya, om. Usia kandungannya udah masuk bulan ke tujuh," jawabnya.

"Wah, sebentar lagi. Kabari om, biar nanti om jenguk," dia usap bahu Haidar dengan begitu ramah.

Haidar tersenyum. Omnya itu memang terbaik. Selalu saja ramah, tidak banyak menuntut, bahkan pada anaknya sendiri.

"Baik, om. Jika ada waktu kita harus makan malam bersama, nanti aku kenalkan Lili pada om, saat menikah kita tidak banyak ngobrol."

"Tentu, atur saja. Om akan usahakan, kabari asisten om,"

Keduanya terus berbincang sampai waktu pulang pun tiba, Hafin sudah datang yang artinya Hafin akan melanjutkan sisa pekerjaan Haidar.

***

Lili memasangkan jaket berbahan bulu domba itu, membiarkan Haidar yang kini menalikan sepatunya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang