12. Ajakan Menikah

37.3K 2.5K 36
                                    

       Lili mengaduk makanannya dengan tidak bernafsu. Sanum memang sudah pulang, Roger berhasil menemukannya. Tapi keadaan rumah masih tidak baik-baik saja.

Keduanya masih perang dingin. Tidak ada kehangatan di sekitar Lili yang biasanya setiap pagi dia rasakan.

Di meja makan bahkan kini hanya ada Lili dengan satu pembantu yang menyiapkan makanan.

Lili meraih satu roti tawar. "Mbo, sarapannya makan aja, makasih. Lili berangkat." lalu dia pergi dengan mood kacau.

Sesampainya di kampus, Lili berjalan lesu, tidak peduli dengan sapaan. Lili terlihat banyak pikiran.

"Li!"

Lili menoleh.

"Ck!" Haidar berdecak lalu menyerahkan paper bag ke Lili agak kesal. "Gue panggil lo bahkan tukang gojek pun panggil lo!" lalu pergi melanjutkan langkah.

Lili menatap paper bag itu sekilas. Lili ikut melanjutkan langkah tanpa membalas. Lili terus diam dengan banyak pikiran dan ketakutan.

Apa orang tuanya akan bercerai?

Jangan! Lili pastikan hidupnya akan hancur. Dia tidak siap, dia tidak akan bisa menerima semuanya.

Lili mengusap wajahnya. Dia harus rileks, tugasnya sebagai maha siswa harus berjalan baik. Dia juga ingin fokus mencari ilmu.

Pikirkan nanti saja.

"Li, dosen semua masuk?"

Lili mengangguk. "Semua masuk, cuma ganti jam aja." jawabnya.

"Gue presentasi kapan?" tanya Aji lagi.

"Jam 10han,"

"Apa? Sial di percepat," gerutu Aji lalu pergi ke kursinya begitu saja.

Lili pun duduk di kursinya. Hari ini dia bersampingan dengan Haidar, biasanya Haidar akan duduk di belakang paling pojok. Mungkin kehabisan kursi, entahlah.

Lili menoleh saat satu air botol mineral kini ada di mejanya. "Ga usah!" Lili menyimpannya ke atas meja Haidar.

"Lo pucet," ketus Haidar seraya kembali menyimpan air itu ke meja Lili.

"Ga us—"

"Buang kalau gitu! Gue ga mau bekas lo pegang," potong Haidar lalu beranjak, dia ingin mengambil buku di perpustakaan, dosen masuk masih ada setengah jam lagi.

Lili menggeram kesal. Dengan terpaksa dia menerimanya, meminumnya sedikit. Tenggorokannya memang terasa kering.

Lili merogoh tasnya, mencari cermin untuk melihat apakah benar dia pucat.

Ternyata benar. Di tambah Lili lupa pakai lipstik nude kesukaannya.

Shila dan Aji menggeleng kompak saat melihat betapa gengsian Lili dan Haidar.

***

"Gue ga bisa masuk full hari ini," Haidar merapihkan buku, memasukannya ke dalam ransel.

"Ada apa?" Lili menautkan alis saat melihat betapa buru-buru. Lili pun urung ke kantin.

"Gue duluan, Li." kata Yuka lalu pergi begitu saja. Lili pun tidak menjawab.

"Nenek, gue harus pulang. Dia mau kita semua kumpul," Haidar mendesah kesal saat pensil dan sebagainya malah tumpah ke lantai.

"Jangan panik, bego!" Lili membalas perlakuan Haidar dulu. Bahkan Haidar lebih parah mengatai dan menegurnya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang