44. Kesempatan Menerima Servis Lili

30.2K 1.4K 6
                                    

      Selama enam bulan semenjak ada Fathian, tidak terlalu ada yang berubah selain mungkin lebih sibuk dan saat malam selalu terbangun karena tangisan Fathian yang lapar.

Seperti malam ini. Haidar yang baru terlelap satu jam lebih harus terbangun saat merasakan pergerakan di sampingnya dan tangisan bayi.

"Tidur aja, kamu baru istirahat sebentar dan besok kerja," kata Lili yang kini bergerak mengambil Fathian lalu membawanya ke atas kasur dengan bersandarkan kepala ranjang.

Haidar pun mengangguk pelan. Dia mendekat, mengusap lengan bayinya dengan perlahan memejamkan mata.

Lili membiarkan Fathian menyusu, sebelah jemarinya mengusap rambut Haidar yang membuat Haidar tak bisa lama-lama untuk kembali pulas.

Dengkuran mulai terdengar walau tidak terlalu kencang. Kasihan Haidar, bekerja walau dengan Hafin tetap pulang sore bahkan sempat telat sampai jam 7 malam lalu setelahnya membantu mengasuh Fathian dan Lili istirahat atau mengambil ASI yang mulai rembes.

Walau begitu Lili tetap menikmati prosesnya. Lelah memang, badan pegal pasti tapi dia bahagia. Rasanya lengkap.

"Mimpi indah, ayah." gumam Lili dengan masih membelai kepala Haidar. "Udah gondrong, harus di pangkas," gumamnya menilai.

***

"Aku mau di gondrongin," kata Haidar kalem dengan menggendong Fathian sebelum berangkat bekerja.

"Jangan! Ga suka ah, keliatan kurang rapih!" Lili memakan sarapannya lagi.

"Bisa diiket, gampang. Asal kita bisa nata aja, pasti keliatan rapih," Haidar mengusap bedak di kening Fathian.

Fathian hanya menatap dengan memainkan kedua lengannya, terlihat tertarik dengan wajah ayahnya.

"Ga mau!" Lili menolak, dia sukanya Haidar pendek dan jidatan, kelihatan seperti orang Korea.

"Kamu boleh potong pendek,"

"Oke." jawab Lili cepat dengan senyum mengembang. Selama ini dia mengeluh dan meminta potong rambut namun Haidar terus menolak.

Katanya suka rambut panjang biar bisa di jambak kunciran kudanya saat tahulah, dasar jahat! Mesum! Ets tapi bukan jambak kenceng ya!

Jangan di bayangkan juga.

"Serius ga sayang udah sepanjang itu?" Haidar jadi tak rela.

"Gerah, apalagi harus sisirannya lama kadang ga selesai kalau Fathian nangis," jawabnya dengan sibuk mengaduk sarapan yang tinggal sedikit lagi.

"Oke, aku izinin potong. Belum pernah liat kamu pendek,"

"Jadi aku tinggi nih?" Lili tersenyum cerah.

"Apanya? Gengsinya?"

Lili mendengus. "Udah siang, sini Fathiannya," Lili memilih mengakhiri sarapannya, dia menerima Fathian.

Haidar mengecup beberapa kali pipi Lili. "Aku malam ini mungkin telat, mama juga katanya nginep di sini karena papa ada urusan," jelasnya.

Lili mengangguk. "Jangan lupa minum sama makan," nasehatnya lalu menerima kecupan di bibir dan keningnya.

"Hm, kamu juga." Haidar mengecup pipi Fathian. "kerja dulu ya, jagain bunda jangan rewel," lalu mengusap kepala keduanya dan pergi.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang