39. Bekerja sama Dan Atas Bawah

27.2K 1.5K 17
                                    

Lili mempersilahkan Yuka, Bram dan Aji masuk. Di dalam sudah ada Haidar juga yang akan menemani menyambut mereka.

"Masuk, kita ngobrol di ruang tengah," kata Lili lalu menutup pintunya.

Yuka masuk lebih dulu, diikuti Bram lalu Aji. Hanya mereka yang bisa datang, yang lain tak bisa dengan alasan yang beragam.

Mereka berkumpul, berbincang kabar. Beruntungnya Bram dan Haidar tidak terlihat canggung. Mereka ngobrol biasa.

"Soal, Nabila." Yuka berdehem pelan. "Dia berubah lagi, lebih serem dandanannya kayak rockstar!" bibir Yuka berkedut manahan geli.

Aji menepuk lengan Yuka. "Ni anak ga bisa berhenti ketawa, untung Nabila ga ambil pusing. Bisa jambak-jambakan kalau Nabila ngegas," terangnya.

"Ya abis kok dandanannya begitu, kita di kampus coy!" Yuka tertawa pelan.

"Berubah ga cupu lagi ya," gumam Lili di samping Haidar yang kini Haidar asyik merangkul dan mengusap lengan atau bahu Lili.

"Apa, sayang?" bisik Haidar, dia pikir Lili berbicara padanya.

Lili menatap Haidar agak kaget. "Hem? Engga kok." balasnya.

Bram menghela nafas sabar, dia jelas cemburu kalau saja diberi hak untuk cemburu, namun sayangnya dia harus menepis rasa itu.

Haidar beranjak dari duduknya untuk membawa sesuatu. Dia memutuskan akan bekerja sama dengan ketiganya.

Siapa tahu fakta akan terungkap lebih cepat.

Tak lama Haidar pun kembali, menyimpan berkas itu di meja. "Semua ini hasil kerja orang yang gue suruh, belum terjamin terpercaya sih," jelasnya.

Bram meraihnya terlebih dahulu, Yuka dan Aji di setiap sisinya langsung menempel untuk ikut melihat bukti-bukti.

Seperti bukti pemeriksaan di rumah sakit jiwa, psikiater dan sebagainya. Foto-foto Nabila yang terlihat berbeda. Satu cupu dan satu berani, seksi.

Yuka melirik Lili. "Malam itu gue inget dikit sih, soal Shila yang nangis di taman belakang. Di sana kita minum-minum lagi berdua eh iya kalau ga salah, kayaknya gue harus lebih terbuka soalnya kitakan kerja sama sekarang," terangnya.

"Makasih, Ka."

"Saat itu Shila nangis sesek banget, dia takut, Li. Ga jelas takutnya itu apa yang jelas gue samar dia sebut Namira, gue ga tahu siapa dia,"

Lili menatap Haidar sekilas. "Namira lagi, apa bener Nabila pribadi ganda?" balasnya semakin penasaran.

Bram menutup bukti itu dan menyimpannya kembali ke meja. "Kamu tenang aja, aku bantu sampai semua selesai." tatapan Bram beralih melihat semuanya. "Kalian semua tahukan, gue deket sama Shila." lanjutnya.

"Gue mohon kerja samanya. Gue ga akan laporin ke polisi. Gue cuma mau tahu kenapa dia lakuin itu," kata Haidar jelas berbohong.

Yuka menunduk terlihat ragu. "Apa semua suruhan mendiang nenek lo?" tanyanya pelan dengan masih menunduk.

Haidar terdiam.

Lili mengerjap, menatap Yuka lalu Haidar bergantian.

"Maksud lo?" tanya Aji.

"Janji jangan marah sama gue, gue bersumpah semua ini bukan rencana gue. Apalagi gue kasih perangsang begitu,"

"Kita janji." balas Bram dan Haidar kompak.

"Li, jangan marah ya?" Yuka meraih lengan Lili.

"Ga akan, ka. Justru makasih kalau jujur dan kasih jalan buat kita," jawabnya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang