Haidar menggeliat, menguap lalu terdiam sejenak guna mengumpulkan nyawa. Semalam sungguh malam yang panjang dan luar biasa. Lili berperan aktif membuatnya terus terbayang-bayang bahkan masuk ke dalam mimpinya.
Haidar menoleh ke kiri, Lili meringkuk di bawah selimut itu menghadap ke arahnya. Terlelap begitu pulas dengan rambut berantakan di bantal.
"Lelah ya?" gumam Haidar lalu mengulurkan sebelah tangannya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Lili.
Lili tidak terganggu sama sekali.
Haidar memutuskan untuk turun dari kasur, meraih celana baru dan jaket di lemari lalu ke kamar mandi, cuci muka dan sikat gigi setelahnya mengambil ponsel di nakas dan menghubungi seseorang di balkon.
Langit mulai berwarna, tidak terlalu gelap. Mungkin karena pukul setengah enam pagi. Udara pun begitu sejuk segar.
Haidar berbincang dengan Hafin.
"Hm, tugasnya cuma periksa data, surat-surat yang kayak gitu. Gue kerjain di sini,"
"Oke aja sih, buat ketemu klien hari ini memang tugasku kan, kak.."
"Hm, gue cuma kasih tahu aja hari ini ga akan ke kantor. Bilang ke papa juga jangan rewel, gue ga kayak dia sampe lupa keluarga."
Hening beberapa saat. Hafin pasti sedih mengingatnya.
"Suatu saat nanti, lo juga jangan kayak papa. Uang memang butuh, tapi di dunia ini yang harus kita kejar bukan cuma uang dan jabatan. Kasihan keluarga yang di abaikan, gue tahu lo pasti paham rasanya."
"Hm, tenang aja. Kak Haidarkan jadi idolaku, bakalan aku ikutin," kekehnya.
Haidar terdiam. Adiknya itu masih terlalu muda. Kebebasannya terampas.
"Nanti, gue cari orang terpercaya di bidang ini buat gantiin lo. Lo harus ngerasain apa itu bebas sekali, tanpa di tuntut apapun."
"Ga usah kak, aku seneng kok. Aku seneng karena banyak kenalan, jadi ga kesepian."
Bagi Haidar Hafin itu tetap adik kecilnya. Mendengarnya kesepian jelas merasa kasihan. Dia seolah di tarik ke masa kecil dulu.
Dimana Hafin kecil selalu duduk tak bersuara menemaninya yang di tuntut banyak keahlian, banyak belajar.
Hafin yang harusnya di temani sang mamah justru di tinggal berdua dengannya, bahkan diabaikan olehnya.
Haidar merasa bersalah sungguh.
"Hallo, kak?"
"Pokoknya gue atur supaya lo bisa bebas cari jodoh, jangan terus kesepian, apalagi suka kesepian. Ga baik, Gue tutup."
***
Haidar masuk ke dalam kamar lagi. Menutup rapat balkon agar Lili yang masih polosan di bawah selimut tidak kedinginan.
Haidar mendekat, duduk di sampingnya yang masih tidak terusik. Haidar kecup kening dan bibirnya ringan.
Tanpa kata Haidar kembali turun dan meninggalkan kamar menuju dapur. Hari bebas, hari spesial ini akan dia gunakan untuk menyenangkan Lili.
"Udah bangun, tumben langsung ke dapur tidak siap-siap kerja?" Sanum menggendong Fathian yang tengah menyusu di dot itu.
Haidar sontak berbalik dengan cerah. "Anak ayah bangun pagi iya? Ga rewelkan sama nenek?" ocehnya mengabaikan sejenak pertanyaan Sanum.
"Fathian sama sekali ga rewel, dia gumam-gumam atau gerak-garak kalau bangun makanya mama langsung kebangun, dia ngerti kalau ayah bundanya butuh waktu berdua," sindir Sanum dengan mengulum senyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love (TAMAT)
Romancekisah Liliana Dan Haidar. Si tom and Jerry yang terlibat malam panas akibat jebakan seseorang. Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Yuk ikuti kisahnya :)