19. Dua Pengaman Untuk Malam Ini

46.2K 2.3K 35
                                    

  Hampir sebulan keduanya pindah ke apartemen. Beberapa barang sudah mulai mengisi kekosongan. Sofa pun kini ada di ruang tengah. Bahkan dapur peralatannya sudah paling lengkap karena di isi paling pertama.

Selama sebulan pula Lili dan Haidar sibuk oleh kegiatan perkuliahan. Sibuk mengerjakan tugas individu maupun kelompok dan terakhir ujian.

"Nilai gue emang ga memuaskan tapi gue seneng akhirnya bisa melewati semuanya dan ke depannya libur panjang!" riang Lili.

"Di otak lo hanya ada libur," komentar Haidar yang kini melepas jaket lalu berjalan ke dapur.

Lili melempar tas dan jaketnya ke sofa begitu saja lalu mengekori Haidar. "Ya iyalah, setelah di pusingin tugas dan ujian apa lagi yang di harepin selain libur!" sebalnya.

Haidar tidak merespon. Dia sibuk menatap isi kulkas yang mulai berkurang. Mungkin karena beberapa kali menerima tamu alias teman-temannya maka agak boros dan persediaannya menipis.

"Selama libur gue kerja, part time dulu." ujar Haidar agar Lili tahu.

"Serius?"

Haidar mengangguk. "Kita ngobrol abis makan." putusnya.

"Gue ga mau pegang uang ya!" Lili kembali mengingatkan. Selama ini Lili memang menolak. Dia merasa belum bisa memegang uang sehandal Haidar.

"Lo harus, tugas istri ya bendahara. Gue yang cari lo yang atur,"

"Ga bisa, Haidar!"

"Ya makanya belajar!" kesal Haidar.

"Dibilang ga bisa!" Lili ikutan kesal.

Mereka pun bertengkar. Sama-sama keras kepala. Dasar Tom and Jerry, sekalinya akur bikin gemes!

***

Lili dan Haidar bersila di atas kasur, Saling berhadap-hadapan dengan sudah memakai setelan tidur.

Haidar menyimpan beberapa tabungan, kartu dan beberapa lembar uang di depan mereka. Membiarkan Lili melihatnya.

"Udah saatnya lo atur keuangan," tegas Haidar tidak ingin dibantah lagi dan Lili yang kalah pun diam hanya mengangguk pelan.

Haidar membuka setiap tabungan. Lili satu persatu melihat isinya dan melotot. "Ini banyak kali! Kenapa lo harus repot-repot cari uang!" seru Lili.

Haidar menghela nafas sabar. Resiko memiliki istri seperti Lili ya harus menebalkan sabarnya yang setipis tissue.

"Ini buat keperluan rumah kalau ke pepet," Haidar memisahkan satu tabungan berwarna abu-abu.

"Ini buat keperluan mendadak di masa depan, jangan di ganggu dulu," Haidar memisahkan tabungan berwarna hitam itu.

Lili mengerjap agak melongo. Ini sih sudah di sebut kaya. Lili masih tidak paham dengan pikiran Haidar, apa karena terlalu pintar jadi begitu banyak perhitungan bahkan masa depan pun sudah dia pikirkan.

"Ini dana kalau aja lo ga sengaja hamil,"

Lili terbatuk-batuk, ludahnya saja kaget. "Apa?" lirihnya syok.

"Buat anak kita, gue akan tabung di tabungan ini," Haidar memisahkannya. "Dan ini kartu buat belanja bulanan, atau mingguan juga boleh, utamain beli yang berguna, jangan asal beli tapi jadi sampah," lanjutnya.

"Taskan ga jadi sampah!" Lili merasa tersindir.

"Iya, gue ga singgung soal itu!" Haidar mengusap sekilas pipi Lili, tanpa sadar hanya refleksnya saja.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang