4. Kesalahan Kiss

49.9K 2.8K 35
                                    

Haidar dan Lili terlihat fokus pada tugas kuliah. Terlihat tidak canggung walau sebenarnya mereka canggung, hanya pura-pura fokus. Sibuk mencari materi walau banyak pemikiran yang mengganggu, yang sulit di utarakan.

"Ini rangkum aja," tunjuk Haidar pada satu pembahasan yang menurutnya terlalu bertele-tele dan panjang.

"Lo aja."

Haidar berdecak. "Bukannya lo mau kita kerja sama?! Gue udah bagian ini, jadi sekarang yang itu giliran lo!" kesalnya.

Lili balas berdecak. "Iya-iya! Gue rangkum!" sewotnya.

Haidar menghela nafas sabar. Dia pun mulai fokus ke hal lain dengan sesekali meringis saat cakaran di lengannya yang basah tersenggol pakaiannya sendiri.

Haidar menatap cakaran Lili itu sekilas. "Bener-bener ganas," gumamnya kesal walau sangat samar.

Suara ketukan pintu terdengar.

"Ga ada! Kita ga bisa di ganggu!" teriak Haidar pada adiknya di balik pintu.

"Gue denger kak Lili jerit-jerit, jangan bilang lo paksa dia?"

"Pikiran lo gila! Pergi sana, gue lagi ngerjain tugas!" teriak Haidar semakin kesal.

Lili menghela nafas. "Obrolan kita udah selesai, tugas kita lanjut di kampus atau cari tempat lain. Di dalem kamar gini emang bawaannya negatif," jelas Lili.

"Lo terpengaruh pikiran orang?"

"Emang lo engga? Adik lo mikir lo nakal,"

"Gue ga ngapa-ngapain lo, gue ga peduli pikiran orang." terlihat keras kepala.

Lili mendelik kesal. "Terserah deh, cape gue!" semprotnya lalu berdiri namun naas, kakinya belibet sampai Lili memekik kaget dan jatuh.

Ceklek! Pintu dengan cepat terbuka.

"Kan?! Kalian berbuat mesum!"

Lili yang masih melotot karena bibirnya mendarat di bibir Haidar dan posisinya yang nemplok di tubuh Haidar yang setengah duduk itu dengan cepat dia menjauh namun naas, kakinya sakit keseleo sampai Lili terduduk di lantai kesakitan.

"Kak Lili!"

Haidar yang dekat dengan Lili pun menggeleng samar, membiarkan adiknya yang membantu. Haidar juga masih kaget dengan kejadian yang begitu cepat itu.

***

Canggung kembali menyerang keduanya. Di dalam mobil hanya ada keheningan. Lebih baik naik motor kalau begini. Tapi kata Haidar waktu sudah malam. Udara juga sedang dingin.

"Sial banget! Berjam-jam di pijit malah makin sakit!" sebal Lili walau berujar samar tapi mampu memecah keheningan.

"Lo sih ceroboh dan juga Lo pikir langsung sembuh? Ajaib banget! Dasar bodoh!"

Lili menatap Haidar bengis. Dia cukup kesal di sebut bodoh dan ceroboh terus oleh Haidar. Telinganya sungguh panas!

"Apa? Mau cakar gue lagi? Silahkan, buktinya udah gue foto, siapa tahu ke depannya lo makin gila, gue bisa lapor ke kantor polisi."

Lili mengepalkan tangannya. Tidak memperpanjang karena jika itu terjadi bisa saja membahayakan dirinya juga. Haidar sedang menyetir sekarang.

Hening kembali membelenggu, walau tak lama.

"Besok kita mulai kuliah,"

"Gue tahu, bodoh!"

Lili mengetatkan rahangnya emosi. Oke, dia harus sabar dan terbiasa. "Lo udah jelasin di grupkan soal pembahasan kita tadi siang?" tanyanya dengan memandang jalanan yang di lewati.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang