22. Cemburu Dan Olah Raga

43.5K 2.2K 24
                                    

Lili tersenyum lepas. Membiarkan angin laut menerpa wajahnya bahkan mengusutkan rambutnya yang digerai bergelombang.

Haidar menatap Lili tak terbaca. Bias senja menambah ke estetikan yang mengelilingi Lili. Lili terlalu cantik? Mungkin.

Haidar mengalihkan pandangan. Jangan sampai Lili geer. Bisa besar kepala istrinya itu. Senyum Haidar samar tampak.

Katanya akan mencoba jatuh cinta. Tapi kenapa gengsi masih menyelimuti jiwanya. Mungkin karena entahlah.

"Indah banget ga sih? Tapi sayang, besok pagi kita harus pulang." lesu Lili namun detik selanjutnya tersenyum, matanya terpejam kembali menikmati udara.

Haidar tidak merespon. Dia hanya menatap ombak yang mendekat dan menghampiri itu. Sesekali menatap jemarinya yang tersapu ombak kecil hingga pasir-pasir lembut menggelitiknya pelan.

"Gue ikut kerja ya," Lili menoleh menatap Haidar. "Ngisi waktu luang sebelum masuk kuliah lagi,"

Haidar menatap Lili. "Ga usah, gue aja yang kerja." larangnya dengan kembali menatap burung-burung yang mengepakan sayap bergerombol.

"Kita bisa kerja sama, bukannya kata lo nikah itu soal kerja sama?"

Haidar kembali menatap Lili. "Seandainya gue kerja, lo juga. Waktu ketemu kita tipis, lo pasti lelah urus gue yang pada akhirnya lo abaiin tugas lo sebagai istri." terangnya.

Lili tidak mendebat.

"Kita udah kerja sama, Li. Gue kerja, lo urus keperluan rumah dan gue." tambahnya.

Lili masih menatap kedua mata Haidar yang menyipit agak silau itu. Entah suasana yang romantis atau karena ucapan Haidar, tiba-tiba hati Lili menghangat.

Tiba-tiba juga Haidar membingkai sebelah pipinya lalu mendekat, mengecup lembut nan perlahan bibirnya.

Lili membalas dengan samar tersenyum. Senangnya kalau akur.

Haidar jadi suaminya ternyata tidak buruk.

***

Ralat! Ternyata menjadi istri Haidar kadang tidak enak.

Lili sampai merangkak lesu untuk turun dari kasur. Astaga! Tubuhnya terasa remuk. Tenaganya sungguh menciut.

Jadi istri Haidar sepertinya harus berstamina yang kuat. Lili yang malas pelajaran olah raga jelas kalah.

"Setiap minggu gue akan ajak lo olah raga mulai minggu depan," Haidar memasang jam tangan di lengan kirinya.

"Apa?" Lili semakin lunglai. Langkahnya terayun sempoyongan menuju kamar mandi.

"Lo payah, Ck! Bukan hanya demi kepentingan suami-istri, tapi demi kesehatan juga!" tegas Haidar.

Sungguh kabar buruk. Lili jelas langsung di serang malas padahal rencana olah raganya masih butuh beberapa hari lagi.

"Jangan lelet! Kita harus berangkat sebelum jam 7 pagi!"

Lili semakin menekuk wajahnya. Niat mandi saja berat apalagi harus cepat. Tidak mandi saja sekalian!

"Jalan yang bener! Lo hampir aja nabrak pintu!" ketus Haidar, dia jelas masih tidak suka dengan cerobohnya Lili.

Lili tersentak pelan, untung Haidar menegurnya. Saking asyik menatap Haidar kesal hampir saja keningnya jadi korban.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang