5. Setitik Kelegaan

38.1K 2.3K 36
                                    

        Shila mendekatkan bibirnya ke telinga Yuka. "Gue mulai tanya beberapa orang, gue pancing-pancing tapi belum ada yang ngaku siapa yang masukin perangsang di saat Haidar sama Lili tidur." bisiknya.

Yuka balas mendekatkan bibirnya ke telinga Shila. "Pelan-pelan aja, gue yakin pelakunya takut jadi ga ngaku," bisiknya.

"Gue ga nyangka banget, terus Lili sama Haidar gimana sekarang? Nikah?" Shila sungguh penasaran dengan kelanjutan kejadian hari itu.

"Sekali tapi emang fatal bukan berarti harus nikah juga, tergantung Haidar sama Lili sih," bisiknya lagi.

"Apalagi hamil ya?"

Yuka menggeleng. "Lili udah minum obat pencegah kehamilan, moga aja gagal. Kasihan Lili kalau sampai hamil dan kita makin bersalah." jawabnya masih dengan berbisik.

Shila mengangguk setuju. Sekarang Yuka begitu gencar mencari pelaku agar jiwanya tenang dan tidak selalu merasa bersalah.

"Jadi mereka sekarang ini ga ada apa-apa?" tanya Shila pelan.

Yuka menunjuk dengan dagu. "Tuh liat, ga ada yang berubah. Tetep Tom and Jerry," jawabnya santai.

Shila menatap ke arah yang di tunjuk Yuka. Benar saja, keduanya tengah cek cok entah mendebatkan masalah apa.

***

Hari demi hari Lili lalui dengan berusaha melupakan yang sudah terjadi. Suasana kelas yang sangat canggung pun mulai terkikis, perlahan menunjukan harapan juga karena mulai ada setitik kekompakan di antara mereka.

"Tugasnya turun ke lapangan, kita harus cari usaha-usaha rumahan," jelas Lili di depan kelas, menyampaikan tugas dari dosen yang tidak masuk hari ini.

"Dibagi kelompok, Li?" tanya Nabila, si dingin yang biasanya diam di pojokan.

Lili tersenyum, dia senang bisa dekat dengan semua anak kelasnya. Lili pun mengangguk. "Kita semua dibagi 5 aja, campur cewek-cowok," jelasnya.

"Langsung bagi aja," kata Tantan yang duduk di depan kursi di hadapan Lili yang berdiri di depan kelas.

"Oke," Lili membuka absensi kelas.

"Jangan liat absensi, Li. Berhitung aja sampe 5, terus ngulang dan terakhir ngumpul sesuai angka," usul Yuka.

Lili mengangguk. "Boleh," jawabnya.

Kelompok pun berhasil ditentukan walau sempat ada cek cok sedikit antara Lili dan Haidar yang tidak ingin satu kelompok.

Semua hanya diam saat Haidar dan Lili bertengkar. Mereka pikir keduanya akan canggung, akan lebih dekat tapi nyatanya tidak.

***

Lili menatap celana dalamnya yang terdapat noda darah. Dia datang bulan di waktu yang tidak tepat. Masih berada di kampus. Astaga!

Lili menggigit kukunya sekilas. Dia tidak bawa ponsel lagi. Lili pun memakai lagi celananya lalu keluar dari bilik toilet.

Tidak ada siapapun di sana. Lili pun memilih mengintip di pintu masuk. Dia menunggu seseorang yang dia kenal lewat.

Cukup lama dia menunggu hingga bisa Lili lihat dari jauh, Haidar akan berjalan ke arahnya. Entah hendak ke toilet atau kantin.

"Kenapa harus dia sih!" dumelnya kesal.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang