28. Lagi dan Lagi, Cinta.

33.8K 2K 22
                                    

Lili menjauhkan wajah pemilik bibir yang terus memberikan kecupan nyaring di pipinya itu. Terlihat gemas namun baginya menjengkelkan. Tidur Lili terganggu.

"Hari ini mama, papa, lagi ada di rumah. Jadi, cepet bangun!" Haidar bergerak hingga mengukung Lili.

Lili membuka matanya dengan malas. "Males banget keluar," keluhnya.

Haidar malah menghisap pipi Lili sekilas lalu mengendus lehernya. Membiarkan Lili mengeluh dengan sesekali menggeliat kegelian.

"Di dengerin ga sih!" kesal Lili.

"Denger," Haidar sedikit menjauhkan wajahnya agar bisa bertatapan dengan Lili yang kini menekuk wajahnya.

"Nanti siang ya? Gue maunya males-malesan kayak gini," pintanya agak merengek manja. Bukan gaya Lili sekali.

"Kalau gitu sekali lagi ya?"

Lili manyun.

"Makanya lebih baik-"

"Ayo! Sekali paling abis sejaman, seterusnya mau tidur-tiduran tanpa gangguan!" potongnya dengan tegas.

Haidar tersenyum cerah. Giliran soal begitu semangat, berekspresi dengan baik. Selebihnya mah datar dia. Dasar cowok!

"Aduh, bentar.." Lili menggeliat saat Haidar masuk ke dalam selimut, tak lupa menahan kepalanya. "Belum mau, masih jijik-jijik walau enak sih, nanti aja kapan-kapan," pintanya.

Lili memang tidak gila kebersihan tapi rasanya dia tidak bisa mengingat mereka baru bangun tidur dan pasti akan banyak bakteri dimulut. Igh ngeri, pikirnya.

Haidar tidak tersinggung. Justru merasa untung di ingatkan. Kalau saja kebablasan, mungkin dia bisa mengantarkan bakteri dari mulutnya.

"Jangan marah, gimana ya jelasinnya,"

Haidar mengusap kepala Lili. "Ngerti kok, nanti aja kalau udah sikat gigi," dengan genit matanya sebelah berkedip.

Lili melongo namun detik selanjutnya mengerang pelan saat bibir hangat, basah dan lembut itu menari disekitaran kulit dadanya lalu sampai pada puncaknya.

Lili refleks membusungkan dada. Menekan kepala Haidar seolah meminta lebih. Astaga! Kakinya geli tak bisa diam, bahkan tubuhnya pun meliuk pelan.

"Ouh astaga!" Lili menggigit bibir bawahnya saat merasakan ciuman itu naik ke dalam lehernya lalu sesuatu bergesekan di bawah sana.

Seluruh saraf bergetar. Gairah meletup-letup apalagi saat sesuatu itu mulai bersiap saat merasa Lili sudah siap.

"Sakit?" tanya Haidar dengan perlahan menekan masuk.

Lili menggeleng dengan mendesah halus. Membuat Haidar mengecup bibirnya sekilas, memeluknya erat tanpa menekan perutnya.

Lili membelitkan kedua kakinya lalu melenguh panjang bersamaan dengan Haidar.

"Kalau soal begini lo candu, Li. Kalau ga nyaman bilang, komunikasi itu penting,"

"Jadi lo nikah cuma mau ininya do-"

"Mulai lagi," Haidar menghisap gemas bahu Lili sekilas lalu menatapnya lagi.

"Seandainya, gue jatuh cinta sama lo gimana? Lo tanggung jawab ga? Gue takut, semua ini, hubungan kita, ga akan lama,"

"Jatuh cinta sama gue, gue akan tanggung jawab." bisik Haidar dengan mengecup ringan sepanjang rahang Lili.

"Lo udah cinta ga?"

"Udah,"

Lili melotot bahkan menahan nafasnya sesaat. "Apa? Jangan bercanda!" di tepuk bahu Haidar yang kekar itu.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang