41. Kesukaan Haidar Dan Kejelasan

28K 1.6K 20
                                    

        Haidar duduk berhadapan dengan Nabila. Tak hanya dia berdua, tapi Bram dan Shila pun duduk di antara mereka.

"Maksud kalian apa?" Nabila terlihat tidak ramah, dia merasa di jebak. Nabila pikir Haidar mengajaknya ke dalam hotel bintang lima ini untuk melepas penat dan Haidar sadar soal keberadaannya.

Nabila pikir dia berhasil mendapatkan Haidar.

"Gue capek! Gue ga mau jadi boneka lo terus!" Shila berujar dengan gemetar antara emosi dan takut.

Bram menggenggam jemari Shila untuk meyakinkannya.

"Gu-gue normal! Gue ga suka cewek!" Shila masih gemetar, sungguh berat membuka semuanya.

Nabila menatap tajam Shila. Dia merasa di khianati.

"Berhenti jadi Nabila! Lo Namirakan?" Bram begitu dingin. Dia tidak percaya soal pribadi ganda dan sebagainya tapi mau bagaimana lagi, contohnya ada di depan mata walau Bram masih tidak terlalu percaya.

Senyum yang biasa manis dan memikat kini berubah menyeramkan. "Lo pengkhianat, sayang! Apa ancaman gue lo pikir main-main?" geramnya.

Shila kian bergetar. Dia selalu takut jika Nabila berubah menjadi Namira. Dia selalu merasa terancam. Padahal semenjak SMP sampai SMA akhir Nabila tidak muncul.

Shila bahagia apalagi sosok Nabila lebih baik, lebih paham dengan situasinya. Nabila asli tahu bagaimana Namira menyakitinya. Maka dari itu Shila selalu berteman jika Nabila cupu dan saat Namira kembali dia akan menjauh sampai masuk kuliah pun jarang-jarang.

Shila takut saat Namira melecehkannya, membuatnya melayang dengan cara yang menjijikan. Shila normal demi apapun. Dia jijik saat itu terjadi dengan ancaman bukti percintaan mereka akan tersebar.

Shila takut.

"Gue ga peduli! Gue capek lo perkosa! Lo gila!" Shila menjerit dengan kian bergetar.

Bram menatap bagaimana takutnya Shila saat ini. Shila yang dia kenal di kelas sungguh berbeda. Dia tidak tahu Shila sehancur itu.

Bram merengkuhnya, membuatnya aman.

Namira menggeram marah. Dia cemburu. Dia tidak suka kesayangannya di peluk oleh orang lain.

"Lepasin dia!" geramnya.

Haidar memukul meja agar perhatian Namira padanya. "Kalau lo bener cinta sama dia kenapa lo kejar gue dan bikin gue sama Lili tidur saat itu?" geramnya.

Namira tersenyum remeh. "Bukan gue, gue cuma bantu," balasnya.

"Siapa yang suruh lo?!" Haidar semakin dingin.

Namira tersenyum miring. "Lo emang kurang peka, Haidar. Nabila itu suka sama lo, dia selalu lukis lo di buku sketsa dia. Dia bahkan pindah rumah ke deket rumah lo yang di kota X, cuma buat liat lo yang malah minggat dari rumah. Terus dia cari lo lagi sampai kalian satu kampus." Namira memainkan kukunya. "Dia sakit hati saat tahu lo tertarik sama Lili dari awal masuk, lo selalu lirik Lili dan usik Lili dengan cara lo yang unik itu. Nabila maunya lo liat dia bukan Lili yang sering lo ajak berantem!" amuknya.

"Gue ada lagi karena dia sakit hati! Gue cuma bantu dia buat dapetin lo malam itu, tapi sialnya gue malah salah sasaran! Kenapa Lili sama lo udah begituan! Harusnya gue yang ada saat itu! Gue nyesel ikutin dia ke belakang!" tunjuk Namira pada Shila dengan muak.

Shila menatap Namira benci. "Karena gue tahu semua rencana busuk lo!" geramnya. "Nabila ga akan suka tingkah lo! Dia suka sama Haidar tulus! Dia memang sakit hati tapi dia ga nuntut Haidar buat bales perasaan dia!" bentaknya.

Bram terdiam.

Shila akan membela Nabila. Nabila sahabat terbaiknya. Dia yang selalu menemaninya melepas kesedihan entah karena keluarga atau perkara Namira.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang