36. Mandi Dan Es Mencair

29.1K 1.7K 15
                                    

      Lili membuka matanya perlahan. Sosok Haidar tidak ada lagi di sampingnya, memeluknya. Tubuh Lili yang meringkuk di sofa ruang kerja Haidar mulai menggeliat dengan pandangan mencari keberadaan Haidar yang ternyata tengah fokus bekerja.

"Kerja lagi?"

Haidar mendongak sekilas. "Apa lagi, kamu tidur." jawabnya kalem.

"Bukannya ikut tidur," Lili mendudukan tubuhnya.

"Terus kapan belajarnya? Kalau udah bisa pasti ga akan sesibuk ini," balas Haidar dengan kembali menatap Lili sekilas.

"Jadi itu pelatihan?"

Haidar menghela nafas. "Kamu tuh! Udah berapa kali aku bilang kalau ini pelatihan, aku harus belajar dari nol lagi makanya banyak," omelnya.

Lili manyun. "Lupakan wajar!" sebalnya lalu turun dan melangkah menghampiri Haidar lalu duduk seenak jidat di pahanya.

Haidar menghela nafas, mau tidak mau menghentikan gerakan pulpen ditangannya saat Lili bergerak dan duduk.

"Ikut belajar," cengir Lili. "Gue lo bisa ga? Aku kamu geli," pintanya memohon.

"Senyamannya aja," balas Haidar dengan kembali fokus pada kertas-kertas walau sekarang tidak leluasa.

"Jelasin,"

Haidar mengecup pipi Lili. "Lebih baik cuci muka terus pesen makanan, aku harus fokus dulu," pintanya.

"Gue ganggu ya? Oke deh," Lili mengecup kilat bibir Haidar lalu beranjak namun lengannya di tarik Haidar.

Haidar menarik tengkuk Lili dan balas mengecup ringan bibir itu. "Makasih dan maaf buat hari ini," ujarnya pelan di depan bibir Lili.

Lili tersenyum segaris. "Makasih dan maaf buat apa?" tanyanya.

"Semuanya. Dari soal foto-foto itu terus udah hibur, padahal aku tahu kamu kurang nyaman karena kita di kantor." di usap rahang Lili.

"Hm, minta beli tas boleh?"

Haidar mengangguk.

"Pakaian?"

Haidar mengangguk.

"Loh kok boleh?" heran Lili dengan alis bertaut.

Haidar tersenyum tipis. "Sesekali boleh, asal jangan sampe boros." di kecup lagi bibir itu, di pandangnya wajah yang kini terus mengisi jiwanya.

"Makasih!" riang Lili lalu memeluk leher Haidar erat. "Sekarang ya? Sekali lagi makasih," di kecup beberapa kali pipi Haidar.

Haidar tidak tahu kalau Lili akan sebahagia itu. Apa selama ini dia terlalu mengekangnya? Padahalkan wanita memang suka belanja.

"Selama ini mau banget belanja?"

Lili memandang wajah yang tersirat penyesalan itu. Lili tersenyum lalu menggeleng. "Engga kok," balasnya jelas bohong. Dia tidak mau Haidar semakin sedih.

Haidar mengusap perut buncit Lili. "Sekarang cuci muka gih, aku lanjut belajar lagi. Target 3 bulan aku udah harus bisa." terangnya.

Lili mengangguk dan melanjutkan langkahnya untuk cuci muka.

"Love you," ujar Haidar.

Lili menoleh. "Apa sih!" dia masih malu soal itu. Masih geli.

"Tinggal jawab,"

"Ga perlu, kan udah tahu jawabannya," balas Lili di akhiri cengiran. "Udah sana belajar yang bener!" lanjutnya.

***

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang