47. Ternyata Dan Keracunan

24.1K 1.3K 11
                                    

      Haidar terdiam saat melihat Nabila berdiri di hadapannya setelah sekian lama berlalu dari semenjak hari itu. Penampilannya bukan seperti Nabila yang cupu, itu artinya sekarang yang berdiri adalah Namira pribadi Nabila yang lain.

"Lo ga izinin gue masuk?" sinisnya seraya melepaskan kaca mata hitamnya.

"Ada apa lagi lo ke sini? Urusan kita udah selesai!" dingin Haidar.

"Selesai? Dengan gue sebagai pelakunya?" senyum miring penuh emosi pun terbit lalu berdecih.

Haidar diam dengan semakin dingin dan waspada. Jangan sampai Lili dan Fathian muncul lalu di sakiti Namira.

"Ini yang gue ga suka dari manusia, mereka semua pengkhianat! Mata mereka buta! Lo serius percaya gue pelakunya?" Namira terkekeh remeh.

"Menurut lo?"

Namira mendegus sebal, mulai jengkel dan juga pegal. "Lo ga izinin gue masuk? Gue pegel!" amuknya.

Haidar mengetatkan rahang. Dengan terpaksa dia mengizinkan masuk lalu Haidar berjalan ke kamar untuk memberitahu Lili agar tidak keluar kamar.

Lili jelas kebingungan namun dia menurutinya. Dia pikir ada banyak cowok di luar. Haidarkan jadi cemburuan.

"Jadi bisa lo jelasin langsung ke intinya?" Haidar semakin dingin dan terlihat muak.

"Gue mungkin ga akan kembali lagi. Nabila mau berdamai sama dirinya sendiri, itu artinya gue akan hilang dan kembali kalau ada pemicunya lagi," terangnya terdengar malas-malasan.

"Dan lo mau jujur sebelum pergi?"

"Yap! Gue bukan pelakunya." Namira berujar tegas dan sangat jujur. "Hati-hati sama, Bram. Diamnya dia bukan berarti dia orang baik." lanjutnya.

Haidar memicing.

Namira memberikan USB pada Haidar. "CCTV malam itu, gue ambil semua rekaman dan rusakin. Ga lama Bram tahu dan datang ke gue, semua data gue kasih dan ini gue ambil lagi dari Bram waktu kita bikin kesepakatan sama Shila si pengkhianat!" geramnya di akhir.

Namira akan menyebarkan video syur itu namun dia urungkan. Nabila terus berontak dalam dirinya, dia marah karena tubuhnya yang ada di dalam video itu.

Namira untuk yang terakhir kali akan mengalah. Ucapan psikolog padanya cukup membantu menyadarkan. Maka dari itu dia putuskan begitu.

Haidar menautkan alis. "Bram?" beonya lalu rahang mengetat. Bukannya dia mencintai Lili.

Seolah hafal dengan pemikiran Haidar, Namira pun kembali menjelaskan.

"Malam itu, dia tahu lo sama Lili dibuat tidur. Dia mau cari kesempatan buat dapetin Lili," Namira memainkan kukunya acuh tak acuh.

Haidar tidak menyela. Dia mendengarkan dengan serius sekali pun ucapan Namira itu hanya kebohongan.

"Lokan tahu, Shila itu mau nyatuin lo sama Lili." Namira menghela nafas panjang. "Bram ajak Nabila kerja sama, dia tahu soal Nabila yang suka sama lo. Dan Nabila mau," lanjutnya kalem.

Haidar masih tidak menjeda. Membiarkan Namira mengalir dengan semua ceritanya.

"Tapi Shila larang, dia nyadarin Nabila soal sesuatu yang di paksakan itu ga akan baik. Nabila sadar, dia bawa sisa obat tidur dari Yuka  terus dia masukin ke dalam minuman. Beberapa gelas oren jus di isi obat tidur. Dan yang kena itu Bram, Aji, Yuka, Shila, sama Zedam. Yang lain beneran mabuk," Namira melirik Haidar. "Kenapa gue tahu semuanya? Karena saat itu Nabila patah hati, dan gue muncul, dia mau lo tapi bener kata Shila, sesuatu yang di paksakan itu ga baik," lanjutnya.

"Gue saat itu cari Shila yang kayaknya di dalem. Sebelum gue masuk, gue lewatin kamar kalian. Di sana lo garang banget di atas Lili," Namira tersenyum miring. "Lili kesakitan tahu! Lo malah terus tancap gas! Desahan kalian bahkan berisik," lanjutnya dengan tengil.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang