Memang betul semua kejadian itu sudah diatur dengan baik oleh Pemilik Segala Cerita. Tapi sebagai hamba, tidak salah kan untuk mengusahakan agar yang semula bayangan berubah jadi kenyataan?
____________________
Tidak peduli pada kantung matanya yang kian menebal, pun lingkaran hitam yang semakin jelas tercetak. Akhir-akhir ini semenjak kejadian penangkapan itu, kualitas tidur Giska yang awalnya sudah tak karuan, menjadi semakin berantakan. Dia masih saja menuliskan draft materi yang tertinggal selama ia ajukan cuti mendadak kemarin.
Sesekali Giska menyesap kopi yang perubahan suhunya sangat cepat sebab disimpan pada ruang ber-AC. Entah berapa kali ia menguap, hanya mata yang lelah namun pikirannya melaju kemana-mana. Pikirnya percuma jika pulang pun, dirinya takkan bisa terpejam.
Sebuah kepala muncul dari celah pintu, rambut panjang perempuan terurai, wujudnya kian nyata terlihat memakai dress putih corak bunga-bunga.
"Astaghfirullah, Ci! Gue jantungan!"
Chelsea cengar-cengir. "Kecing juga lu."
"Siapa yang gak kaget jam sepuluh malem di kantor sendirian ada cewek nongol tiba-tiba? Mana pakai baju putih!" sungut Giska. "Kenapa lu balik lagi?"
"Gue setengah jalan tadi, putar balik. Inget lu, yakin mau lembur sendirian? Lu gak takut bakal ada yang datang dalam wujud gue tapi jadi-jadian?"
"Ci ... please?"
"Pulang yuk, Mai ... gue gak tega, asli!"
Giska memutar desktop, menunjukkan tulisan yang masih acak. "Belum selesai."
"Kan bisa besok, lu kayak gak punya hari besok aja!"
Dengusan Giska terdengar sangat malas. Tapi Chelsea menggoyangkan lengannya berkali-kali, memaksa dengan raut wajah macam anak kecil merajuk.
"Lu gak bisa terus-terusan lampiasin masalah Ibu lu dengan kerja. Lu juga butuh istirahat, Mai. Siapa yang bakal hidupin diri lu kalau lu gak sehat? Lu pasti nolak semua bantuan orang lain, tapi tolong jangan tolak bantuan gue. Atau jangan lu tolak hal kecil dari gue kayak ajak lu pulang, gue minta tolong sama lu, jangan terlalu keras kepala untuk sekarang."
"Gue paham berat banget jadi lu, gue gak bisa ngerasain itu. Lu yang dipilih Tuhan buat ada di situasi berat, jadi lu juga butuh berdoa kan? Lu butuh fisik yang kuat buat ibadah. Gue juga, walaupun cara ibadah gue sama lu beda, tapi Aamiin kita tetep sama. Kasian diri lu, hargain diri lu sebagai pemberian Tuhan paling berharga."
Giska masih bergeming, kali ini ia menunduk menyembunyikan getir yang makin terasa membuat matanya perih. Chelsea mengusap-usap punggung Giska, memeluknya.
"Kapanpun lu butuh bantuan, lu gak sendiri, Mai. Ada gue," katanya dengan tulus. "Pulang ya? Jangan sok kuat, gue tau lu itu lemah!" cibirnya membuat Giska terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...