Q30 : Sedekat Nadi

7.1K 449 23
                                    

بسم الله الذي لايضرمع اسمه شيءفى الارض ولافى السماءوهوالسميع العليم

TO MY DEAREST PASUKAN KACANG, EPISODE INI UNTUK KALIAN ....

SELAMAT MEMBACA DENGAN HATI YANG TENANG

AKU SARAN, YANG SINGLELILLAH JANGAN RESAH YA :')

Yang dulunya sejauh matahari, kini jadi sedekat nadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang dulunya sejauh matahari, kini jadi sedekat nadi. Takkan ada yang tak mungkin jika Allah sudah membolak-balikan hati.

____________________

Dua cangkir teh hangat tersaji di meja. Asapnya mengeluarkan aroma khas daun teh yang menyejukkan. Tidak ada minuman lain yang baik untuk tenggorokan Shafira jika bukan teh hangat tawar atau air mineral. Ia menyesapnya perlahan-lahan, memejamkan mata sebentar menghirup aroma menarik.

"Ditambah jahe, ya?" tebak Shafira.

"Iya, gak paham dari mana tiba-tiba banyak jahe di dapur," jawab Giska.

Shafira tertawa. "Kerjaan siapa lagi? Ghazi itu kalau pulang tugas dari daerah bawanya udah kayak panen hasil bumi."

"Dikasih sama warga ya, Umma?"

Shafira mengangguk. "Kenang-kenangan dan tanda terimakasih dari mereka yang merasa terbantu. Dulu, Ghazi pernah pulang bawa ... foto USG."

"Hah?" Jelas Giska terkejut, ia tidak paham Ghazi sejauh itu.

"Kamu jangan berpikir Ghazi punya istri lain," sangkal Shafira dengan kekehan. "Itu foto USG dari Ibu yang meninggal karena reruntuhan bangunan, waktu gempa di Yogyakarta."

Seketika Giska menutup mulutnya. "Innalillahi ...."

Senyum Shafira tercetak tipis, mengawang kembali kisah-kisah perjalanan tugas putranya. "Kalau kamu tau, Ghazi itu suka ngumpulin barang-barang yang ditemuin waktu tugas, Umma juga udah beberapa kali pilihin buat sebagian dibuang, tapi di kamarnya masih aja banyak. Katanya itu cerita berkesan."

"Ada lagi yang lebih lucu, dia pernah bawa potongan rambut bayi."

"Buat apa Umma?" Giska meringis, suaminya itu memang aneh-aneh.

"Itu kenang-kenangan dari bayi yang Ghazi bantu lahirin. Suami Ibu bayi itu anggota TNI, gugur gak lama dari HPL. Jarak dari rumahnya ke Kesmas lumayan jauh, jadi Ghazi sama temen-temennya yang bawa Ibu itu. Mungkin Si Ibu udah gak kuat, jadi terpaksa melahirkan di jalan. Sampai Ibu itu namain bayinya pakai Anggara Galintang," tutur Shafira dengan sedikit haru. "Mungkin umur bayinya sekarang hm ... seumur Acad kali ya?"

Hati Giska ada dalam getar yang tak biasa. Ia tarik lagi perkataan aneh-aneh untuk suaminya. Justru lelaki itu istimewa. Perhatiannya luar biasa meski untuk orang tak dikenal, jangan tanya untuk orang-orang terdekatnya. Anggara Ghazi baginya, selalu punya alasan di balik setiap yang ia lakukan. Sekalipun rahasia.

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang