Q31 : RETAK TULANG KALIAN!

6.2K 399 25
                                    

Bismillahi laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

YANG NUNGGUIN QUADRANT MANA SUARANYAAAA???

DARI JUDULNYA KIRA-KIRA ADA APA NIH?

SILA MEMBACA, DEAR PASCANG ....

Allah memberikan pertolongan dengan jalan yang sangat memuliakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allah memberikan pertolongan dengan jalan yang sangat memuliakan. Kadangkala dihadirkan dengan penjelmaan dari sesuatu yang tidak terbayangkan.

____________________

"Selamat mengudara kembali, bidadari bersuara indah!"

Giska menuruni motor dan membenarkan roknya. Lalu ia pindahkan Arsyad duduk di depan. "Jangan ngebut-ngebut, Abang! Kasian Acad masuk angin!"

"Abang gak dikasianin?" Ghazi mencebik.

"Itu urusan Abang."

"Kalau Abang sakit, Adek bakal urusin Abang, kan?"

Bibir Giska terlipat, tak ia jawab pertanyaan itu. "Giska masuk dulu!"

"Adek ...." Ghazi turun dari motor, telunjuknya mengetuk kening. "Motor Abang kan udah diisi bensin, Abang juga butuh isi energi."

Dengan sangat malas Giska kembali lagi. "Alasan!"

"Kak Iska jangan cemberut dong," ujar Arsyad.

"Nah denger kan? Cantik gak kalau cemberut, Acad?"

"Cantik," jawab Arsyad mengundang senyum Giska. "Tapi kecil," lanjut Arsyad membentuk jempol dan telunjuknya. Giska kembali merengut.

Ghazi tertawa puas, ia membawa tangan Arsyad untuk tos. Abang dan adik itu memang senang sekali membuat Giska mati kutu.

"Jangan cemberut, sini Abang kasih semangat dulu." Ghazi menarik Giska pada pelukan dan mencium keningnya hangat. "Jangan lupa kabarin Abang kalau udah pulang, tunggu Abang jemput Adek."

"Iya ... tapi jangan lama-lama," ucap Giska seraya mencium tangan Ghazi.

Ghazi menggeleng dengan senyuman. "Secepat Superman mengejar matahari, suiiing ..." katanya disertai gerungan gas motor.

"Dadah ...." Tangan Arsyad dipakainya untuk melambai. "Abang kerja ya? Assalamualaikum, Adek."

"Waalaikumussalam, Abang—" Ragu-ragu Giska bentuk jarinya menjadi hati kecil. "Semangat!" ujarnya kemudian segera berlari dengan dua tangan memegang pipi.

Bibir Ghazi semakin lama semakin terkembang senyum lebar. Ia geleng-geleng. "Elsa Frozen kekuatannya melemah."

*****

Sejauh mata memandang, Giska tak melihat keberadaan satupun manusia dalam kantor. Padahal ia rindu sekali dengan para manusia berisik itu. Tanggalan tak merah, namun kemana perginya semua orang? Apakah Hilal juga belum terlihat?

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang