Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamiiul 'aliim
MAU TANYA DULU DOOONG
KALIAN TAU CERITA INI DARI MANA??
MASIH SANGGUP KAAAAN?
SELAMAT TERHANYUT BERSAMA ABANG DAN GISKA!
Saat keinginan dipatahkan dengan kenyataan. Ingatlah bahwa Allah selalu punya maksud besar untuk mendidik tentang ketangguhan.
____________________
Harum bumbu-bumbu bercampur menyebar setiap ruang. Asap mengudara dari panci yang isinya mulai bergolak. Diaduk kembali saat sejumput lada dimasukkan. Dicicip lagi sampai salah satunya memberi cap approved.
Mertua dan menantu dengan kerja sama yang baik. Sejak pagi buta mereka atur strategi menyiapkan amunisi untuk seorang yang sedang ditahan. Sampai rela mencegat mobil tukang sayur yang lewat di depan Mako. Terlalu lama jika harus ke pasar. Menunggu swalayan buka, jatuhnya jadi memasak untuk makan siang.
"Umma, waktu awal-awal masakin Abang, Giska sempat ngeracunin Abang." Perempuan dengan rambut terikat sebagian itu menyisihkan dua mangkuk sup dan membawanya ke meja makan.
"Ngeracunin gimana?" tanya Shafira dengan kekehan. Ia duduk di kursi yang telah ditarik menantunya.
"Giska itu hobi makan pedes, sehari-hari kalau makan gak ada pedes, kayak gak makan. Tapi Giska hidup sama orang yang dikasih lada agak banyakan, langsung mules-mules."
Shafira tergelak. "Pertama kali kamu masakin apa buat Ghazi?"
"Ayam cabe hijau."
Semburan tawa Shafira tambah meledak. Bibir Giska mengerucut, namun ikut tertawa kecil juga.
"Suami kamu itu, Giska ... bisa nahan ngilu peluru masuk badan, disambit celurit, kena anak panah, tapi soal cabe sebiji, dia payah!"
Giska mengangguk setuju.
"Kamu tau Ghazi gak suka pedes karena apa?"
Kali ini Giska menggeleng, lantas menyesap sup ayam jamur yang hangat nikmat.
Tangan Shafira tertopang, bibirnya tertarik, menerobos masa menuju kala itu. "Awalnya dia suka banget pedes, bahkan pernah juara lomba makan cabe."
"Iya?" Mata Giska melebar. Shafira mengangguk menahan tawa. "Ish, Abang itu ... anehnya dari dulu ternyata," ujar Giska tak peduli di depannya adalah Ibu dari pergunjingannya.
"Berawal dari kejuaraan itu, Ghazi jadi usus buntu. Dia trauma bukan karena sakitnya, tapi karena yang bedah dia adalah Giandra."
Perlahan tawa Giska terbit dari rendah menuju nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...