﷽
Mari kita tarik nafas dulu berjamaah sebelum baca episode ini.
Sudah kebayang dari judulnya akan terjadi apa?
Kita mulaikan dengan senyuman, selamat membaca Pasukan Kacang :)
Mulai saat ini, menyelaraskan langkahku dan langkahmu adalah tujuan terbesarku.
Anggara Ghazi Al-Ahkam
____________________
"H-halo, Agiska ini saya, Anggara Ghazi Al-Ahkam."
Jantung Giska hampir berhenti berdetak mendengar kembali suara pria itu setelah sekian lama. Saraf-sarafnya rasa melemah, sulit untuknya mengontrol wajah agar tetap tenang. Ia kira pria itu benar-benar menghilang dari hidupnya, namun dia hadir kembali.
"Ipda Ghazi?" tanya Chelsea dengan isyarat mulutnya. Dia juga ikut menunggu-nunggu.
"Saya sudah pulang tugas, Giska. Saya dapat luka sayatan. Tapi saya gak ngerasain apapun karena saya sudah terbiasa."
"Yang buat saya belum terbiasa adalah ... lama tunggu jawaban kamu. Saya masih tunggu kamu sampai detik ini, gak merubah apapun. Memang lucu karena saya tiba-tiba muncul lagi dan langsung tanya kesediaan kamu. Tapi saya gak bisa nahan diri buat tanya lagi. kalau ternyata nanti saya gak dapat jawaban yang saya mau, saya yakini itu tanda saya buat menyerah."
Giska memejamkan mata yang terasa kunang-kunang. Emosinya bergumul sampai ia tak mampu memahami disebut dengan apa.
"Agiska Humaira, lewat Mengudara yang didengar satu Nusantara, sekali lagi saya tanyakan ... boleh saya jadikan kamu istri? Saya mau menghormati kamu, saya mau menjadi obat untuk luka kamu, saya mau meninggikan derajat kamu sebagai perempuan ... dengan memperistri kamu."
Seketika Chelsea menutup mulut, teriakannya tertahan. Dapat Giska lihat, Benu, Khairi yang berada di luar serentak berdiri, bahkan Pak Hilal. Giska merasa jadi terpidana dalam ruang interogasi.
"Jawab Mai, jawab!" desak Chelsea.
Panggilan masih tersambung, terdengar hembusan nafas di sana. Lagu pengiring pun masih belum usai. Tangan Giska semakin dingin, nafasnya tak sampai ke udara. Bawah bibirnya digigit hingga makin merah.
"Durasi ... durasi!" Khairi menunjuk-nunjuk jam tangan.
"Dengan segenap jiwa raga, saya ingin melindungi kamu sebagai orang yang saya cintai. Menikah dengan saya, Agiska Humaira?"
Sekedip mata, Giska melepas headphone. Tak peduli lagi pada siarannya yang belum purna. Gadis itu segera menyabet tasnya dan berlari kencang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...