Q39 : Lelaki Berjuta Rahasia

4.3K 347 17
                                    

Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihi syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

Dear Pascang ....

Aku minta maaf karena tadi malam belum bisa update episode terbaru. Double pula aku bilang. Doakan aku segera sehat kembali yaaa ... Dimaafkan tidaaaaak?

Dan aku mohon apapun yang terjadi dengan jalan cerita ini kalian harus lapang dada :')

Boleh yaaa?

Tingkat paling tegar dalam mencintai adalah memasrahkan jiwanya ada dalam genggaman-Nya, dan raganya ada dalam perjuangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tingkat paling tegar dalam mencintai adalah memasrahkan jiwanya ada dalam genggaman-Nya, dan raganya ada dalam perjuangannya.

____________________

"Emangnya mereka gak pusing ya muter-muter gitu?" tunjuk Giska pada penari sufi di layar televisi. Hobinya sejak hamil bertambah banyak mengomentari hal-hal acak.

"Abang juga bisa."

"Gak usah aneh-aneh! Giska juga yang repot!"

Pria itu bangkit meninggalkan rebah hangat di lipatan kaki Giska. "Rahasia penari sufi itu ada di tangannya. Mereka bisa fokus berlama-lama karena ada dzikir. Abang contohin."

Giska benar-benar tak habis pikir. Ghazi sungguh berputar. Mengkomat-kamit pujian pada Allah. Jika penari sufi memakai jubah, penari sufi yang ini berkearifan lokal dengan sarung.

"Abang berhenti!" Ghazi tetap tak ingkah. "Abang!" Giska menghentikan paksa pria itu dengan memeluknya. Ghazi malah terkekeh-kekeh, tak oleng sedikitpun.

"Kadar keanehan Abang itu tambah hari tambah di luar nalar!" omel Giska.

"Adek tau gak kalau Abang ini personil Hadroh Satbrimob?"

"Gak ada nyambungnya!"

Kekehan Ghazi berubah jadi gelak. "Waktu syawalan tahun lalu, di Halal Fest kedatangan penari sufi, dan Hadroh Satbrimob yang iringin. Abang sempat belajar sama mereka, ternyata waktu Abang coba sendiri, Abang sanggup 1 jam tanpa keleyengan."

Giska menyipitkan mata dengan raut sangsi.

"Betul, Adek. Abang sanggup. Asalkan fokus. Kalau Adek tadi gak peluk-peluk Abang mungkin Abang tahan juga. Tapi Adek meruntuhkan iman!"

"Udahlah Abang, capek ... buat apa? Giska gak ngidam Abang suruh jadi penari sufi!"

"Adek harus tau ini, dzikirnya penari sufi itu khidmat. Mereka ingat kebesaran Allah lewat tangan mereka. Selama Abang putar tadi, Adek tau? Abang ingat juga kebesaran Allah."

"Bagus lah."

"Dengan bayangin wajah Adek."

Kening Giska mengerut. "Gak khusyuk namanya!"

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang