Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim
TAK SEGAMPANG ITU~
MEMANG UNTUK HAPPY END GAK SEGAMPANG ITU
KUAT KUAT YAA KELEN :)
Terjatuh, terjatuh, terjatuh, lalu tumbuh. Siklus manusia agar derajatnya lebih tinggi memang seperti gandum menjadi roti. Agar saat ada yang membuatnya terjatuh kembali, ia mampu terbang lebih tinggi.
____________________
"Abang ...."
Kerjapan bocah lelaki itu sangat pelan, memperhatikan tangannya diraih sang Kakak begitu erat. Satu tangannya yang lain meraba-raba kening Giska, menyamakan suhu. Kakaknya itu masih tetap terpejam namun gelisah.
"Abang ...."
"Kak Iska?" Arsyad mencoba menggoyangkan lengan Giska. Satu butir air mata dan keringat menetes membasahi bantal wanita itu.
"Abang ...."
"Kak Iska? Acad ada di sini ...." Anak kecil itu bangkit, menepuk-nepuk pipi Giska yang terasa sangat dingin. "Kak Iska ...."
"Abang!"
Giska memperhatikan sekeliling, berat terasa di kepalanya saat tidur lalu terbangun paksa. Nafas yang membuat dadanya sakit terlepas bersamaan dengan pejaman dan turunnya air mata. Saat sempurna kembali nafasnya terhembus, harum kamar Ghazi yang sama dengan pemiliknya menyergap penciuman. Bukannya melega, ia semakin tersiksa.
"Kak Iska, mimpi buruk, iya?"
"Astaghfirullahal'adzim ...." Giska sampai lupa ia tidur bersama Arsyad. "Acad kebangun gara-gara Kak Iska?"
Arsyad menggeleng. "Udah Shubuh, Kak Iska ... Acad suka dibangunin Ayah, tapi hari ini Acad bangun sendiri, jadi Acad bangunin Kak Iska," ujar Arsyad dengan gemas.
"Alhamdulillah, hebat," kata Giska menahan haru dan sesaknya. "Kak Iska ketiduran lagi habis shalat, jadi Kak Iska mimpi."
"Kak Iska mimpi Abang Aga, iya? Kenapa Kak Iska nangis?"
Bibir Giska terlipat, mengingat kembali mimpi yang entah disebut buruk atau tidak. Ia tidak mampu menakwilkan mimpi, namun ia takut seperti Chelsea yang mempunyai mimpi merujuk pada firasat benar.
"Iya, Kak Iska mimpi Abang Aga jatuh jurang, Kak Iska pegang tangan Abang, Abang berhasil selamat, tapi habis itu ... Kak Iska dibawa pergi orang ...."
Kepala Arsyad meneleng, jemari kecilnya menuju pada wajah Giska, menyeka air mata dan peluh. "Kenapa Abang Aga gak ikut pulang ke sini? Abang Aga masih perang, iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...