Q34 : Magnolia Sirait

5.1K 440 60
                                    

Bismillahiladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi wa laa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

JUMUAH MUBAROK! MASYA ALLAH KESEMPATAN QUADRANT UPDATE DI SAYYIDUL AYYAM

SIAPIN JANTUUUNG WKWK

DI EPISODE INI, AKU MAU AJAK KALIAN BERKONSPIRASI "SIAPAKAH MAGNOLIA SIRAIT?"

YOOK TEBAK TEBAKAN DIMULAAII

SELAMAT MEMBACA, PASUKAN KACANG IPDA GHAZI!

Harus ada yang dikorbankan untuk menunjukkan sebuah kebenaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harus ada yang dikorbankan untuk menunjukkan sebuah kebenaran. Asalkan yang tergadai bukanlah kehormatan.

____________________

Sebuah kotak berisi bolu cokelat panggang ia geserkan pada sasaran. Senyumnya kaku terbalas tatapan penuh heran. Satu tangannya yang bersembunyi di bawah meja mencubit-cubit rok plisket nude hingga kusut hanya di bagian itu.

"Ini apa?" tanya si pemilik wajah kearaban. Masih tetap angkuh dengan satu kaki bertumpu dan sebelah tangan yang mengusap-usap jambang tipisnya.

"Permintaan maaf," jawab pelaku penyogokan. Ia rasa bibirnya yang terpulas sedikit lipcream series Sakura Bloom terus-terusan mengering. Entah warnanya pudar atau tidak sebab sering ia basahi.

Ali tertawa. "Mas baru dengar permintaan maaf kamu, selama ini kamu gak pernah minta maaf sama Mas."

"Saya kan gak punya salah."

Tangan Ali terlepas dari dagunya, ia majukan kursi agar leluasa mengamati wajah cantik minim ekspresi itu. Kepalanya ditelengkan, ditelisik setiap lekuk wajah Giska. Seketika Giska menunuduk. Risih.

"Kesalahan kamu itu menolak lamaran Mas," ujarnya memicu delikan tajam Giska. "Jadi ini untuk permintaan maaf kamu yang tinggalin Mas atau—"

"Anggap aja ini hadiah untuk Bu Intan, kalau Mas gak mau terima."

Ali menganguk-angguk, senyumnya tertahan. "Agiska ... hati kamu itu batu ya?"

Giska menggeram dalam diam, kepulan asap menyelubungi hati dan otaknya. Panas. Gerah. Nasib baik ia sudah dilatih kesabaran oleh Ghazi. Kalau tidak, ia sudah tampar Ali dengan tasnya.

"Well, kamu kesini se-effort itu buat ngasihin permintaan maaf?"

"Oh ya jelas gak! Ada maunya," akui Giska.

Pandangan Ali tersilap sebentar. Kepada mata Giska yang tegas dan berbinar, meskipun ia yakin wanita itu takkan balas menuju arah bola matanya.

Giska mengeluarkan ponsel dan buku catatan. "Saya mau ketemu sama Bos Aventure Development, mau saya wawancara lagi buat dijadikan materi siaran saya nanti malam. Mas bisa bantu saya?" pinta Giska.

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang