﷽
PASUKAN KACANGKUUU LUARRRR BIASAAA
AKU KABULKAN KEINGINAN KALIAN
SELAMAT MALAM MINGGU, SELAMAT MEMBACA!!!
HATI-HATI EPISODE INI ADA AROMA-AROMA BAWANG :')
Aku terbisa menanggung penderitaan sendirian, sampai aku tidak bisa membedakan mana terluka mana bahagia.
Agiska Humaira
____________________
Suara ramai dari lantai bawah menghentikan pergerakan perempuan berpashmina gading itu di undakan. Tangannya terkepal, ragu melanjutkan. Orang-orang di sana asing di ingatannya, yang ia kenal hanya orangtua suaminya dan Giandra.
"Mahrom dan bukan mahromnya Abang," ucap Giska pelan.
Giska perkirakan ada dua pasangan suami istri dan anak-anaknya yang sudah dewasa. Mungkin seumur dengannya atau seumur Ghazi. Para perempuan berkerudung rapi, sedang para pria tampak segar berwibawa seperti orang elit dengan kemeja dan batik. Mengetahui dirinya adalah pangkat nol jika ada di antara mereka, membuatnya semakin urung diri.
Di tengah risau, tangan kokoh menggamitnya. Mengisi setiap cela jemari Giska, melengkapi. Terasa dingin terjejak air mandi bergabung dengan hangat tangannya. Dua alis si pelaku terangkat cepat dengan senyum menenangkan.
"Ada Abang di sini," ucap Ghazi menawarkan sejuta kedamaian.
"Ada Acad juga— hoaaam ...." Arsyad berjalan ke luar kamar. Anak itu tidur lagi lepas Shubuh, akibatnya masih acak-acakan.
"Hap! Komandan belum sadar! Harus diangkat!" ucap Ghazi menggendong Arsyad, khawatir sempoyongan menuruni tangga. Tak lupa ia genggam lagi Giska. "Adek bisa ngumpet di belakang Abang kalau mereka mau makan Adek, tapi kenyataannya mereka bukan kanibal," kata Ghazi dengan kekehan.
Giska mendesis. "Abang yang saya gigit!"
"Gak apa-apa, Abang kan manis."
"Tebar pesona!"
Tawa Ghazi terdengar sampai membuat orang-orang itu menoleh serentak. Giska seketika menunduk. Tidak berhasil, Ghazi mengangkat wajahnya.
"Hadapkan wajah, tegakkan pundak, Abang mau liat Agiska yang kemarin hadapi Ali."
"Aduh ... pengantin baru ..." goda sepupu-sepupu Ghazi.
"Masih anget, belum mendidih," cetus perempuan berkerudung pink sampai tergelak.
"Ho oh, og! Lagi manis-manisnya, belum aja nanti. Sak keton raine, gumoh (lihat mukanya saja, eneg)," timpal pria muda yang duduk di paling ujung, lantas bertos ria dengan adik perempuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
EspiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...