Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim
DI BAGIAN INI KALIAN AKAN AKUUU AJAK BUAT BERTANYAA TANYAA MWEHEHEH
SIAAAAP???
SILA MEMBACAAAAA
Di antara lirihan dzikir di malam hening dan lesakan peluru yang berdesing. Izinkan kami saling bertemu dalam untaian doa yang bening.
____________________
Ci Chel : Mai, Puji Tuhan! Baba udah boleh pulang. Koh Firent juga udah datang, jadi malem ini gue ke Kesatrian ya, temenin lu :)
Prioritas Chelsea ada tiga. Tuhan, keluarganya, dan Agiska Humaira. Membaca pesan dari sahabatnya, membuat Giska jadi tersanjung.
Agiska Humaira : Tapi gue tidur di tempat Abang biasa tidur, lu di tempat gue
Ci Chel : Yaelah! Peduli amat -_-
Giska tertawa, tak lama pudar. Teringat kembali suara terakhir saat Ghazi memutus sambungan di siaran. Prianya sedang apa? Bagaimana kondisinya? Tempat seperti apa yang sedang pria itu tinggali? Apakah kali ini bebannya semakin berat?
Dirinya urung menggantung seragam Ghazi, ia pandangi dulu. Suhu bekas setrika masih terasa hangat di setelan hitam itu. Meski sudah terbilas pewangi pakaian, harum Ghazi masih tetap ada. Mungkin karena terlanjur menggelayut di penciuman Giska.
"Hati perempuan itu kuat, Giska. Selain ujian buat dirinya sendiri, kita juga perasa hebat buat ujian pasangan. Waktu Ayah sering ninggalin Umma, buat terbiasa itu susah. Was-was terus bawaannya." Shafira terkekeh.
"Itulah alasan kenapa Gia TOLAK semua lamaran anggota Ayah. Cukup digantungin sama gelar Profesor, sama laki-laki— sorry to say, good bye!" timpal Gia. "Kamu nyesel gak? Nikah sama Anggara Ghazi?" tanyanya membuat Giska menoleh cepat.
"Giandra ..." tegur Shafira. Ia mengusap lengan menantunya.
Giska menggeleng. "Abang itu ... pembukti yang bisa dipercaya, Kak. Yang awalnya Giska ragu sama Abang aja bisa sampai seyakin sekarang. Kalau nyesel, kenapa gak dari awal Giska lepas? Nyatanya, Abang itu selalu bisa bawa Giska mikir ulang."
Gia mengangguk-angguk dengan tawa renyah. "Kayaknya bener, malaikat kasih gambaran ke Ghazi hidup bahagia sama kamu."
"Abang ... semoga Abang betul bahagia sama Giska." Dirinya memeluk setelan hitam yang telah tergantung, terasa sedang bersama prianya. Hangat, seperti Ghazi yang merengkuhnya. Dari seragam itu, ditemukan pula lipatan kertas kisut. Dipikir uang, ternyata selembar surat.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...