Q28 : Bidadari Bersuara Indah

6.1K 465 23
                                    

Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

SELAMAT MALAM MINGGU, PASCANG! AKU KABULKAN PERMINTAAN KALIAN

BEWARE :

EPISODE INI BISA BEREFEK AIR MATA YANG GAK SADAR JATUH :')

SELAMAT MEMBACA!

Jika diizinkan-Nya aku menempuh jalan menuju surga, aku tenang jika kamu ikut bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika diizinkan-Nya aku menempuh jalan menuju surga, aku tenang jika kamu ikut bersama. Sebab jalanku takkan sempurna jika kamu tak ada. 

Anggara Ghazi Al-Ahkam

____________________

"Assalamualaikum ...."

Hening. Biarkan malaikat yang menjawab. Gelap saat pintu terbuka. Namun, tidak dengan lampu di dapur, asal cahaya yang cukup menghidupkan penglihatan pria itu. Seorang wanita berkerudung abu memakai headphone duduk di kursi makan, membelakanginya. Ia sudah menebak pasti disibukkan kembali dengan buku-buku dan catatan.

Mata pria itu kukuh pada wanitanya sepanjang melepas sepatu. Terukir senyum mendengar lirih-lirih syair I'tiraf. Merdu menggelayut gendang telinga. Tidak diragukan pemilik suara indah itu menjuarai tilawatil Quran.

Tanpa membuat pergerakan yang meributkan, ia duduk di sebelah wanita itu. Tak terusik sedikitpun dengan kedatangannya, benar-benar fokus. Tersaji di meja makan, lauk makan malam masakan istrinya. Pria itu tersenyum lagi. Mungkin sebagai ucapan selamat datang kembalinya dari tugas, maka ia disajikan makanan favoritnya. Sup ayam jamur bening dan tempe tahu.

Sepuluh menit ia hitung. Pergerakan istrinya tak ada geser kanan kiri. Melirik pun tidak. Cukup jengkel, ia tutup buku yang lebih menarik perhatian itu tanpa aba-aba. Jelas membuat sepasang mata besar itu membelalak lantas cepat-cepat melepas headphone.

"Abang! Ish!"

"Kalau gak gitu, Adek gak akan lirik Abang." Alis Ghazi terangkat sekilas, jahil ia colek hidung Giska membuat pemiliknya semakin marah.

"Rusuh!"

Ghazi tertawa. "Adek nunguin Abang, ya? Udah makan belum ini?"

"Udah! Tungguin Abang lama!" jawab Giska membuka lagi bukunya.

"Maaf ya? Abang sampainya jam sepuluh malam. Nanti kalau Abang pulang terlalu malam lagi, Adek duluan tidur aja, jangan tunggu Abang."

"Siapa yang tungguin Abang? Sibuk! Liat gak?"

"Adek kan udah belajar dari kemarin-kemarin, istirahat lah ...."

"Acaranya besok, gimana mau istirahat?"

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang