Bismillahi laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim
CIEEE UPDATE SESUAI REQUEST
CIEEE YANG MALAM MINGGUNYA BACA QUADRANT
CIEEE YANG BUCINNYA SAMA GHAZI GISKA :')
PASUKAN YANG MASIH JOMBLO MANA SUARANYAAA
GAK BOLEH IRI YA SELAMA BACA EPISODE INI :)
Ada dua jalan yang dipilihkan untuk manusia tempuh. Mau menjadi hamba yang berkhianat atau hamba yang taat?
_____________________
Perasaan bersalah menyeruak dalam dadanya. Larinya semakin kencang. Niat ia habiskan malam minggu berdua dengan istri tercinta, berakhir tugas bela negara yang ujungnya kemalaman. Tak peduli berapapun jarak yang ia tempuh, ia yakin menemukan Giska dimanapun.
Angin bediding menembus rongga hidungnya. Perih tiada berasa. Dalam earpod yang menempel di telinga, ritme panggilan tak terjawab beberapa kali terdengar. Jantungnya berdetak cepat. Irama kakinya sudah terbiasa bergerak layaknya cheetah mengejar mangsa. Beberapa kendaraan berseliweran sekelebat. Jalanan lengang lagi, hening seketika. tempat itu memang tak banyak keributan jika di atas jam sembilan. Beda dengan pusat kota.
Dalam jarak lima meter, cahaya lampu menyipitkan matanya. Sebuah metromini dalam keadaan mesin menyala berhenti tepat di tengah jalan. Firasatnya tak sedap. Terakhir Giska mengabari sedang dalam perjalanan pulang dengan metromini.
"Tolong Adek ada di sana, tolong Adek ada di sana," ujarnya dengan langkah seribu mendekati kendaraan itu.
Hujan batu menghujam kepalanya, menuju ke hati, tercabik tak beraturan. Dari kaca metromini, Ghazi dapat melihat wanita yang sangat ia hormati sebagai istri diperlakukan tak ada adab. Terkepal kuat tangannya, menghentak sekali gebrukan atap metromini.
"RETAK TULANG KALIAN BERANI SENTUH MEREKA!"
Ia menarik kerah pria yang kurang ajar hendak mendaratkan bibir di wajah istrinya. Memelintir dan memutar sampai terjatuh ke pijakan.
"Istri gue nih, lu ngapain nyosor-nyosor? Mau gue bengkokin leher lu?" ucap Ghazi dengan suara rendah tepat di telinga pria itu. Belum selesai tugasnya, satu pria di belakang menodongkan senjata tajam. "Jangan main-main kamu, kalau kamu tau siapa saya, dipastikan kamu nangis-nangis di depan Ibumu!"
Dengan mudah Ghazi membuang pisau itu sekali kibasan. Dengusannya seakan mengejek pria yang masih sangat angkuh.
"Preman asal mana lu?" ejek pria berkacamata itu.
"Preman magang, tapi bukan pecundang!" sindir Ghazi. Matanya tak lepas memutari setiap gerak-gerik pria itu.
"Nantang gue lu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...