Tuhan menjawab setiap doa dengan cara terindah yang tak pernah bisa diprediksi sebelumnya.
____________________
"Harusnya setahun lagi bisa nih gue DP rumah KPR."
Lama dia berdiri di depan mesin ATM, memperhatikan betul-betul deretan angka yang tertera di sana. Sedih jika dibayangkan. Perjuangannya menabung demi beli rumah sejak memulai karir sebagai penyiar, harus tergadai demi biaya yang tercetak di selembar kertas administrasi rumah sakit. Jumlah angka tabungan yang biasanya meningkat tiap bulan, sejak kehadiran Arsyad jatuhnya kian hari kian berkurang. Dengan berat hati, Giska menekan jumlah yang akan ditarik. Tidak sedikit. Cukup membuatnya ingin menangis saat itu juga.
"Ya Allah ... gantikan aku dengan yang lebih baik, aku percaya."
Gepokan uang merah keluar. Giska masukkan ke amplop cokelat yang tersedia di sisi mesin itu. Hembusan nafasnya antara lega dan berat.
"Bismillah ... uang ini halal, Insya Allah jadi kebaikan buat Arsyad. Gue kerja gak main-main dari pagi sampai malam kadang gak pulang, dipakai apapun gue ikhlas yang penting bukan buat yang haram," ujarnya lantas keluar dari sana.
"Lama ya Mbak?" tegur seorang di luar dengan ketus.
Giska mendelik. "Hm, semedi!"
Orang itu tertawa sambil merangkul Giska. "Gue bawain ini buat lu, halal! Yakin lu belum sarapan." Chelsea memberikan goody bag berisi bekal makan dan minumannya.
"Makasih banyak Ci, seenggaknya gue bisa ngerasain Ibu di diri lu," kata Giska mengundang mata Chelsea semakin tenggelam.
"Awal bulan tapi ATM sepi, orang-orang emangnya gak pada ambil duit gajian ya?"
"Emangnya ambil duit gajian kudu di ATM rumah sakit?"
"Lu harus bikinin Acad BPJS kayaknya, biar gak terlalu berat," saran Chelsea.
Langkah Giska terhenti sebentar, memandang Chelsea dengan kedipan pelan. "Susah, Ci. Gue belum ngurusin kartu keluarga baru, Arsyad juga bin siapa gue gak tau. Bakal lama prosesnya dan gue gak seluang itu."
Chelsea tetap diam di tempat, Giska beranjak duluan menuju lift yang membawa ke lantai tiga rumah sakit.
"Ci, buruan!" tegur Giska sebelum pintu lift tertutup lagi. Chelsea segera memburu, setengah terkekeh ia masuk ke dalam.
"Lu kurang tidur ya, Mai? Coba lu ngaca." Ia menghadapkan Giska ke bagian belakang lift, memantulkan dirinya dan wajah Giska yang kuyu. "Mai ... Mai ... terlalu banyak mikirin hidup, sampai tidur aja gak tenang!"
"Arsyad semalaman rewel?" tanya Chelsea dihadiahi gelengan Giska. "Terus?"
Kedatangan Agiska kesini bukan sekedar tamu undangan. Tapi sekaligus ... untuk Ghazi bawa ke hadapan Ayah dan Umma. Agiska Humaira adalah calon istri Ghazi.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...