Q27 : Senyuman Giska

5.6K 443 30
                                    

Tidak perlu merasa diri paling hina, sejatinya manusia adalah makhluk dengan bentuk paling sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak perlu merasa diri paling hina, sejatinya manusia adalah makhluk dengan bentuk paling sempurna. Punya akal, punya perasaan, dianugerahi kemampuan mengatur dunia.

____________________

"Izin, Bang! Abang dipanggil ke pos disiplin!" lapor seorang anggota yang piket.

Ghazi menurunkan senapan. Mendadak anggotanya pun mengikuti. "Ada apa?"

"Istri Abang ada masalah sama istrinya Bang Rama."

Sangat terdengar, hembusan nafas Ghazi begitu gusar. Sejumlah 20 pria dalam barisan kompak menatapnya penuh miris.

"Masalah besar, Ndan!" kata mereka.

"Lanjutkan latihan, saya pergi dulu."

Tanpa buang waktu lagi, ia berlari secepat kilat. Jarak satu kilometer antara tempat latihan menembak dan pos disiplin tak ia rasa. Abai dengan nafasnya yang tak teratur. Pikirannya selalu tertuju pada Giska.

"Melia kamu apakan istri saya!" geramnya.

Begitu tiba di pos disiplin, Ghazi melihat dua perempuan duduk di depan Kiara. Satu menangis, satu tertunduk. Kiara mengangguk sedikit meminta Ghazi untuk masuk. Di sana juga sudah ada Iptu Rama.

"Ghazi! Kamu liat kelakuan istri kamu!" seloroh Melia seraya menunjukkan keningnya yang memar dan bengkak. Isakannya terdengar dibuat-buat. "Orang baru tapi keterlaluan! Saya bisa ya lapor kamu langsung ke Ibu Dankor!"

Giska diam saja. Tatapannya tetap tertuju pada pangkuan tangan.

"Izin, Ibu! Ini ada apa?" tanya Ghazi pada Kiara.

"Melia kebentur bola voli yang diservis Agiska."

Ghazi mengalihkan pandangannya sebentar, menggaruk kelopak mata sebelum ia tatap kembali Giska.

"Kamu kalau ada masalah sama saya bilang!" sentak Melia masih belum puas.

"Saya yang harusnya tanya sama Mbak, ada masalah sama saya?" Bukan Giska jika mau kalah. Tautan alisnya semakin menukik, sorotnya menerjang Melia penuh gejolak.

"Kamu itu junior! Jangan—"

"Cukup. Cukup!" Rama menghentikan istrinya. "Melia, pulang sekarang!" titahnya.

"Diem dulu! Belum selesai!"

"Pulang Melia, jangan buat keributan lagi," tegas Rama.

"Heh!" Melia menyambarkan kilatan pada Giska. "Sekali lagi kamu macam-macam sama saya, gak segan saya bikin suami kamu kena sangsi gara-gara kamu! Hari ini kelakukan kamu disaksikan Ibu Danpas, besok buat ulah lagi, kamu pikir selanjutnya! Saya ini bukan orang sembarangan!"

"Mbak yang macam-macam sama saya, bukan saya yang mulai duluan," jawab Giska sengak.

"Kalau senior ngomong itu jangan jawab! Dengerin!"

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang