Q52 : Mengundurkan Diri

3.4K 329 74
                                    

Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

SETELAH EPISODE SEBELUMNYA NANGIS-NANGISAN, KALI INI MASIH SAMA WKWK

HABISKAN DULU AIR MATAMU, BIAR TIDUR NYENYAK :)

Mimpi mana lagi yang harus aku bangun saat semua yang menjadi alasanku bertahan pergi jauh? Tidak adil rasanya jika hanya aku sendiri yang mencicipi manisnya doa dan impian terwujud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi mana lagi yang harus aku bangun saat semua yang menjadi alasanku bertahan pergi jauh? Tidak adil rasanya jika hanya aku sendiri yang mencicipi manisnya doa dan impian terwujud.

Agiska Humaira

____________________

Mau disembunyikan pun, bekas sembab di area matanya tetap terlihat. Tidak mau semakin banyak lapisan di wajahnya, wanita itu memutuskan berhenti pada sapuan blush on di area hidung dan bawah matanya.

"Jangan nangis lagi Giska ...." Satu tangannya menepuk-nepuk dada. Ia biarkan wajahnya terbelai putaran kipas angin yang tertempel di atas meja rias. Tenggelamlah lagi kaca-kaca di pupilnya meski angin membuatnya terasa perih.

"Adek jawab cepat! Stroberi apa yang paling Abang suka?" lontar Ghazi seperti biasa dengan jurus candaan bapak-bapak.

"Tau gak? Gak tau biar Abang yang jawab."

"Tau atau gak, tetap Abang juga yang jawab!" Cepat-cepat Giska merampas buah stroberi yang hendak Ghazi gigit. "Ini manis, Abang kan gak suka yang manis, sukanya yang kecut."

"Jadi itu jawabannya?"

"Mana tau, Giska cuma bilang stroberi ini manis—"

Cup.

"Ini stroberi yang paling Abang suka."

Giska hampir tersedak, pelaku yang membuat pipinya merona itu kembali santai memakan stroberi sisa gigitannya.

"Kenapa liat Abang begitu, hm? Masih kaget?" Ghazi terkekeh seraya mengelus perut ibu hamil tiga bulan itu.

"Abang terlalu tiba-tiba!"

"Tiba-tiba tapi istimewa." Pria itu kembali mendekatkan hidungnya pada pipi Giska. "Adek, Abang mau tanya. Pipi Adek udah cantik, kenapa harus pakai pewarna lagi?"

"Pewarna?" Giska tertawa. "Dikira Giska bolu apa? Ini namanya blush on, Abang ... Giska belajar pakai make up dari Ibu, katanya perempuan itu harus berdikari, bisa dandan sendiri, bisa nyetir, punya uang sendiri, biar kalau ada apa-apa sama hidupnya, dia punya modal buat keluar dari keterpurukan."

"Adek mau jadi perempuan berdikari?"

"Siapa yang gak mau, Abang? Walaupun Giska yakin Abang sangat mampu hidupi Giska, tapi bukan soal materi yang Giska cari, Giska mau anak-anak kita nanti belajar dari Bundanya gimana jadi perempuan mulia dan mandiri seperti Bunda Khadijah. Tapi, soal make up, Giska akan ajarin, boleh berhias untuk yang halal. Contohnya kayak sekarang, Giska berhias di depan suami Giska."

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang