Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihi syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim
SISA 8 EPISODE QUADRANT, AKAN BANYAK SOUNDTRACK YANG JADI TANDA BAHWA ISI SETIAP EPISODE BIKIN NANGIS KEJER :)
TAPIIIII, JANGAN KHAWATIR SOAL ENDING. BISMILLAH, EVERYTHING WILL BE OKAY.
ENTAH DI DETIK-DETIK MENUJU KLIMAKS INI KALIAN AKAN BERUBAH HALUAN JADI BENCI GHAZI ATAU NDAK HEHEH
POKOKNYA TERUS BACA YA :)
SELAMAT MENYELAMI LEBIH DALAM DAN BERSIAP UNTUK PERPISAHAN DENGAN WARGA QUADRANT :')
Dalam pengembaraan di dunia yang entah terhenti di detik keberapa. Teguhlah untuk terus tegakkan risalah kebenaran. Hingga saatnya Tuhan bilang berpulang, tinggal pulanglah dengan jiwa yang tenang.
____________________
Bubaran jamaah Isya bersamaan dengan bubarnya jamaah Misa. Dari dua bangunan yang saling berdampingan itu keluar manusia-manusia yang telah menguatkan pundak lepas bermunajat. Seorang gadis berlarian kecil menuju tangga masjid. Kunciran kudanya bergoyang-goyang, poninya sedikit tersingkap angin.
"Hah ... gue udah lapang!" Dirinya duduk sembarang di samping perempuan yang sedang memakai sepatu.
"Lapang karena lu akhirnya gak nahan buang air—"
"Sembarangan!" Telunjuk gadis itu melekukan pashmina sahabatnya. "Tapi iye juga sih," ujarnya mengangguk malu-malu. "Ah, bercanda bae lu! Sempet-sempetnya!"
"Ci, andai semua manusia kalau punya masalah larinya ke Tuhan—"
"Pasti dugem jadi sepi," lanjut Chelsea mengundang tawa. "Mai ... Mai ... gue pernah jadi anak dugem nih, lu nyindir gue?"
Giska mendecih. "Gak ada pentingnya gue nyindir lu. Semua manusia pendosa kali ... gue juga pernah mau bunuh diri."
"Yang penting apa? Kayak PLN. Habis gelap, terbitlah terang," cetus Chelsea mengada-ada. Giska geleng-geleng dengan kekehan.
Tangan Chelsea terulur meraih genggaman Giska. Langkah mereka tak selambat biasanya. Ada yang ingin mereka tuju.
"Setiap gue mau naik MRT sama Abang, halangannya pasti ada aja," ujar Giska.
"Tapi kita terbilang produktif, kerja iya, ibadah iya, piknik juga iya," balas Chelsea.
"Gue lebih milih sibuk. Semakin banyak yang gue lakuin, semakin gue lupa kalau gue ini punya beban. Gue juga jadi lupa kalau gue sebenernya introvert, gue ketemu orang-orang, bisa ngobrol. Jadi paham kenapa Ayah suka ngobrol, karena memang bisa buka pikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
SpiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...