Q33 : Salah Dugaan

5.6K 438 27
                                    

Bismillahi laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

ALHAMDULILLAH HARI RABU INI KITA BISA KETEMU LAGI

SIAPA SIIIH YANG NUNGGUIIN TERUUUUUSSS??

SIAP BACA EPISODE INI?

SELAMAT MEMBACA DEAR PASCAAANG!

Kita ini manusia yang hanya mampu sebatas memprediksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita ini manusia yang hanya mampu sebatas memprediksi. Jikapun mengambil keputusan, bisa saja tidak tepat, bisa saja tidak akurat.

____________________

Cahaya redup dari kamar lewat celah pintu cukup menyinari ruang tamu yang gelap gulita. Pria itu duduk sejenak melepas sepatu kemudian merogoh sesuatu dari tas. Senyumnya terkembang, menimang-nimang mahkota bunga edelweis hasil tangannya oleh-oleh dari tugas kali ini. Namun, siapa juga yang akan peduli dengan oleh-oleh di jam satu malam? Terlebih istrinya.

"Masya Allah ...."

Mata Ghazi melemah melihat istrinya tertidur di atas sajadah. Masih dengan mukena dan menggenggam tasbih. Ia berjongkok, mengusap dengan lembut kepala istrinya. Wajah Giska terlihat lelah, tak mampu berbohong meski dalam tidurnya. Entah lelah menunggu kepulangan Ghazi atau pekerjaan di Mengudara.

Ghazi membopong tubuh Giska. Sedikit lenguhan wanita itu terdengar, matanya pelan-pelan terbuka.

"Abang?"

"Sst ... tidur lagi."

Giska menyamankan posisi, kembali terpejam. Dengan gerakan sangat pelan, Ghazi membuka mukena Giska. Mengangkat kepala Giska begitu lembut seakan Giska adalah bayi yang masih lunak.

Adek ... Abang minta maaf, Abang gak seperti suami lain yang selalu ada. Tapi Adek harus percaya, kemanapun Abang pergi, Adek akan selalu terbawa di sisi Abang.

*****

Bagaimanapun dipaksa, mata Ghazi tak bisa terpejam barang sesaat. Raganya di tempat tidur tapi pikirannya terjebak di gudang usang persembunyian barang haram.

"Kita salah dugaan, Ndan." Dika resah, tangannya terkepal di meja. "Yang kita kejar itu ternyata hanya kurirnya, bukan bandar. Kurir itu sengaja dimirip-miripkan untuk mengelabui kita."

Pengakuan itu membuat lima orang yang ia tatap menahan nafas. Ghazi memejam kuat, rasanya janggal. Antara gagal siasat dan gagal memahami target penangkapan. Pantang baginya pulang sebelum membawa kemenangan. Tapi pelaku ini memang terlalu licin.

"Kemana larinya?"

"Kabar terkini dia menyamar jadi wanita dan kembali ke Jakarta ikut mobil rombongan TKW."

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang