Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi wa laa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim
ALHAMDULILLAH QUADRANT TIIIIIIIIMEEEEEE
SIAPA YANG NUNGGU-NUNGGU SAMBIL BERTANYA TANYAAAA???
ADA YANG PAGI TADI UDAH LOMBA 17 AN
EPISODE INI ADA BAU-BAU 17 AN WKWKWK
GAK HABIS THINKING POKOKNYA
SELAMAT MEMBACA QUADRAAAAAAANT
Sulit menjadi Ibu yang sempurna, sebab manusia selalu punya cela. Tapi, tidak ada manusia yang derajatnya rendah. Sekalipun berbuat salah, seorang Ibu tetap jadi pemilik pengorbanan paling istimewa.
Anggara Ghazi Al-Ahkam.
____________________
"Bukan ide bagus!" racau Giska berulang kali. Tatapannya menghujam keki pada si pelaku.
Pria itu terus-terusan tersenyum menatap sepasang baju bayi mungil di nampan. Giska membayangkan keluarga Al-Ahkam diberi kejutan manis untuk kabar kehamilannya. Tapi siapa yang mengira, suaminya itu meruntuhkan bayangan.
Apakah hanya Anggara Ghazi Al-Ahkam yang memberikan kabar kehamilan istri dengan teknik seperti lomba tata upacara bendera?
"Adek, pegang bakinya yang betul, ya? Kalau Abang kasih komando, Adek baru maju." Pria itu mengatur siasat. Sesekali dia melongok pada keluarganya di halaman belakang.
Giska mengeratkan giginya, menggeram kuat. "Seumur hidup belum pernah jadi pengibar bendera! Harus banget ngasih tau kehamilan pakai kayak gini? Abang itu aneh!"
"Sst! Jangan kenceng-kenceng nanti kedengaran duluan," titah Ghazi setengah berbisik. Persis seperti prajurit yang sedang bersembunyi dari musuh. Rasanya Giska ingin menangis saja. "Abang mau menumbuhkan jiwa korsa Adek dan calon bayi kita. Biar dia disiplin sejak dini."
Giska semakin meringis. "Ya Allah, inikah Ayah anakku?" Tangan Giska mengusap-usap perut. "Nak ... kita harus kuat ya? Menghadapi tingkah Ayah kamu yang tambah aneh-aneh."
Ghazi merengut. "Biar aneh-aneh yang penting istimewa. Kapan lagi ngajakin istri jadi pembawa baki? Adek tau? Abang ini mantan pasukan pengawal pembawa baki di Istana Negara."
"Tau, tuh fotonya." Dagu Giska mengarah pada foto yang terpajang di buffet panjang. "Abang yang hitam keling," cibir Giska.
"Gitu-gitu Abang bangga, soalnya Abang bisa ketemu Presiden, Abang juga ada di sebelah cewek cantik yang bawain bendera," usil Ghazi sengaja. Bibirnya bergerak kesana kemari menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian Takdirku
EspiritualBagaimana jika ternyata tukang kacang tiba-tiba mengungkap kasus muncikari? Hidup Agiska Humaira sudah penuh tekanan karena sosok Ibu yang tak bisa ia jadikan surga. Ditambah pula kejadian penangkapan yang sekaligus membuatnya mengetahui fakta bahwa...