Q13 : Wanita Pilihan

6.1K 457 12
                                    

Yang baru saja datang, bisa jadi adalah pemenangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang baru saja datang, bisa jadi adalah pemenangnya. Meskipun perjuangannya sukar, tapi apapun yang menjadi takdirmu, takkan pernah tertukar.

____________________

Bila diukur memakai meteran, kira-kira setiap langkah gadis berpashmina cokelat susu dengan gamis hitam itu hanya sepuluh senti. Pelan sekali dibanding hembusan angin yang mengibarkan bawah gamisnya. Beberapa mobil bagus melintas, dua sudah masuk gerbang rumah mewah di sisi jalan kiri. Lainnya menyebar, lurus dan masuk salah satu belokan di pertigaan. Plat nomornya mobil dinas milik negara. Namanya perumahan, memang tak seramai gang atau kampung. Jauh perbedaannya dibanding gang kontrakan Giska. Setiap malam pasti banyak anak kecil bermain di luar sekadar menjahili orang lewat, atau Bapak-Bapak yang meronda sambil karaoke, anak muda yang nongkrong di warung wifi, dan Ibu-Ibu yang membahas berita terkini. Jelas yang ia pijaki adalah pemukiman orang-orang penting. Entah rumah-rumah besar yang masih gelap itu ada penghuninya atau tidak, mungkin sekadar investasi.

Lain di maps yang hanya diperkirakan waktu 10 menit dari Masjid Al-Ikram. Karena jalannya yang super lamban, waktu yang termakan jadi 20 menit. Bukan lamban, namun lebih merujuk ke enggan. Jika bukan karena Dokter Shafira sendiri yang mendatanginya, Giska pasti lebih memilih memutarkan Arsyad video Baby Shark berulang-ulang.

Kang Kacang Alien is calling ....

Malas sekali ia menggeser panel hijau. Biarkan menunggu panggilan mati sendiri. Tapi yang namanya Anggara Ghazi Al-Ahkam itu orangnya memang tak mudah padam. Giska akui itu.

"Iya datang, lima menit lagi, sabar. Assalamualaikum." Giska segera menutup panggilan tanpa memberikan kesempatan Ghazi bicara sedikitpun.

Kang Kacang Alien : Saya tunggu di luar rumah.

Kang Kacang Alien : Eh itu udah keliatan.

Giska menghembuskan nafas lewat mulutnya. Tidak mungkin ia janjian, membalas pesan-pesan Ghazi saja ia tak punya niatan. Seorang pria memakai kemeja cokelat yang sepadan dengannya melambaikan tangan. Satu tangannya masuk ke celana bahan hitam. Senyumnya tertarik indah, seperti lengkungan sabit menadah.

"Buat apa cuma makan di rumahnya sendiri dia serapih itu?"

"Kamu gak nyasar kan?" kata Ghazi begitu Giska di hadapannya.

"Saya berhasil nyampe sini tanpa tanya Abang itu artinya apa?"

Ghazi mengulum bibirnya, menahan debaran di hati. "Boleh gak saya bilang kamu cantik?" ujarnya seraya menatap pada lain hal.

Giska diam, mata besarnya makin lama makin menyipit. Bukan tersenyum, tapi menelisik. "Gak boleh. Karena itu cuma modus. Maaf, tapi saya bukan orang yang langsung melting dibilang cantik."

"Baik ...." Dua tangan Ghazi terangkat. "Tapi kamu cantik. Jujur. Saya yang wakilin kamu sampaikan ke Allah, terimakasih sudah membaguskan rupa Agiska."

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang