Q48 : Di Atas Sajadah

3.2K 346 52
                                    

Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim

KUAT KUAT YA DI EPISODE INI :')

SELAMAT MALAM MINGGU DAN SELAMAT MEMBACA!

Kami memilih cinta terbaik untuk menyembuhkan kerapuhan dan menghilangkan ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami memilih cinta terbaik untuk menyembuhkan kerapuhan dan menghilangkan ketakutan. Sejatinya kami tak sanggup, namun kasih sayang Allah takkan pernah meredup.

____________________

Para anggota berbaret biru tua serentak berdiri, menghormat kepada pria bintang dua yang memasuki ruang penyidikan. Mata pria itu menghujam pada lima orang, langkahnya berhenti tepat sejajar dengan lelaki berkaus cokelat yang menatap lurus tegas.

BUG!

BUG!

PLAKK!

Sepakan di kaki dan tamparan adalah hadiah pertama yang diberikan Komandan Korps. Ia lakukan itu pada kelima orang yang berdiri tegap tanpa bereaksi. Mata Wisnu memerah, beberapa kali jakunnya naik turun menahan segala gundah.

"Saya tidak pernah kecewa dengan Galintang! Saya tugaskan amanah besar ini pada kalian tapi kalian menimbulkan perpecahan! Imbas dari tindakan kalian menyorot hubungan antara Polri dan TNI!"

"Siap, salah, Ndan!"

"Kredibilitas Korps Brimob dipertanyakan!"

"Siap, salah, Ndan!"

BUG!

BUG!

PLAKK!

Ghazi rela mendapat semua itu. Pantang baginya beringsut lari dari masalah. Ia terdidik kuat menghadapi segala tantangan. Bertahun-tahun latihan dalam segala medan, tamparan, bidikan, tusukan, sepakan, berdarah-darah adalah makanan harian.

"Kamu tidak bisa melindungi anggota kamu!"

"Siap, salah, Ndan!"

"Akibatnya anggota kamu jadi korban dan kalian jadi tersangka!"

Rapat bibir Ghazi, lurus pandangannya pada Wisnu. Terletak kecewa besar dalam diri Komandannya.

"Jawab sebagai prajurit! Kenapa kamu tidak hati-hati?"

"Mohon izin, Ndan. Saya dan tim sudah memperhitungkan dengan teliti, kami sudah menyelidiki, saya hanya menembak bukan di bagian vital, tembakan saya untuk melumpuhkan. Bukan dari Galintang yang menembaknya sampai hilang nyawa."

"Mana buktinya? Siapa yang akan bersaksi dengan semua ini? Bukti tidak akan kuat hanya dengan argumen kamu saja, Ghazi!"

Ghazi kembali terdiam, begitupun kawan-kawan di kanan kirinya.

QUADRANT : Menjadi Seperempat Bagian TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang