DIL (6)

1K 147 23
                                    

Bukankah hidup yang ia jalani sudah cukup berat? Jika orang lain mungkin akan memilih menyerah lalu pergi sejauh mungkin, tapi tidak dengan Yewon.

Ia masih bertahan. Meski dicaci maki bahkan disakiti berkali-kali oleh keluarganya, Yewon tak pernah berniat untuk pergi.

Disini rumahnya, meski tidak dengan orang-orang di dalamnya.

Yewon tak akan pergi, kecuali jika mereka mengusirnya. Jika hal itu terjadi, itu artinya mereka benar-benar tak ingin Yewon berada di antara mereka.

Yewon terlihat berjalan di atas trotoar dengan pikiran entah kemana. Sesekali ia tak sengaja menabrak bahu orang-orang yang berpapasan dengannya. Yewon membungkuk seraya meminta maaf, dan ia melakukannya berulang kali saat tak sengaja menabrak bahu orang lagi.

Waktu hampir menjelang malam. Seharusnya seorang pelajar seperti Yewon sudah tiba di rumah.

Masih mengenakan seragam sekolah lengkap, Yewon justru memilih untuk tak langsung pulang. Mengikuti langkah kaki yang membawanya entah kemana. Yewon hanya belum berminat pulang. Ingatannya terus berputar pada kejadian saat dirinya ikut serta dalam acara makan malam keluarga besar Kim.

Mereka semua terus saja menyudutkannya.

Seandainya bisa memilih, mungkin akan lebih baik jika ia tak lahir saja. Jika kehadirannya hanya selalu membuat kekacauan. Bahkan salah satu kakaknya mengatakan bahwa seharusnya ia tidak ada.

Yewon menghela nafas berat. Ia menatap kendaraan yang berlalu-lalang. Ia harus pulang sekarang. Namun sebelum itu Ia harus menyiapkan diri untuk segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Mengingat ia pulang di waktu yang tidak wajar.

.

.

.

Seorang pengawal terlihat membukakan pintu gerbang untuk Yewon. Pria berbadan tegap itu sedikit terkejut melihat Nona mudanya baru pulang saat hari menjelang malam.

Yewon sedikit membungkuk pada pengawal yang membukakan gerbang untuknya. Tindakan yang memang sering Yewon lakukan pada orang-orang yang lebih tua darinya, sebagai rasa hormat.

Pengawal itu tampak menatap sendu punggung Yewon yang mulai menjauh. Di bandingkan dengan gadis Kim lainnya, Yewon adalah gadis yang baik juga sopan. Sayangnya gadis sebaik Yewon tak pernah mendapat kebahagiaan hidup.

"Semoga Tuhan memberi Nona kebahagiaan." gumam pria itu.

Yewon sudah melangkah menuju pintu belakang, namun seruan dari seseorang seketika menghentikan langkah Yewon.

Di teras mansion, Yewon bisa melihat Ayahnya berdiri disana dengan tatapan tajam.

"Cepat kemari!"

Tanpa menunggu lama Yewon langsung berlari menghampiri Hyunbin. Sudah dipastikan jika pria itu akan memakinya karna pulang terlambat.

"Masih ingat pulang!"

"Kau tak lihat ini jam berapa! Apa kau ingin membuat kami semakin malu karna kelakuan mu di luar sana!"

"Appa, aku tidak melakukan apapun."

Yewon mencoba memberanikan diri menjawab ucapan Hyunbin. Ayahnya itu memarahinya seolah ia baru saja melakukan kesalahan fatal. Padahal ia hanya berkeliling sebentar sebelum pulang ke tempat yang selalu memberinya luka.

"Pergi keluyuran di luar padahal kau seorang pelajar! Kau tak lihat kakak-kakakmu bahkan sudah pulang sejak tadi!"

Yewon mendongak, membalas tatapan Hyunbin yang begitu tajam untuknya.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang