Yewon terbangun saat merasakan usapan lembut di kepalanya. Senyum tulus dari seorang gadis cantik menyambut penglihatan Yewon.
Terdiam beberapa saat untuk mengenali sosok itu. Hingga tanpa sadar bulir bening mengalir dari sudut matanya. Wajah juga senyum itu, Yewon sangat merindukannya.
"Selamat pagi adik Unnie."
Air mata Yewon semakin mengalir, perlahan ia bangkit dari tidurnya lalu memeluk tubuh Jennie.
Apa ia telah melewatkan sesuatu?
Seingatnya Jennie tengah terbaring di ruang ICU. Lalu sekarang Jennie sudah ada bersamanya, dalam pelukannya."Mengapa lama sekali tidur? Unnie menunggumu."
Tunggu.
Ucapan lirih Jennie membuat hati Yewon sedikit terhenyak. Ia melepas pelukannya perlahan, lalu menatap lekat wajah kakaknya.
"Tiga hari kau tidur, kau membuat Unnie takut."
Mwo?
Tidak, tidak. Bukankah yang tidur itu Jennie? Dan yang membuat takut semua orang adalah Jennie?
Yewon benar-benar tak mengerti.
"Kau tak ingat? Dokter baru saja melakukan ablasi jantung padamu."
Nyit~
Yewon bisa merasakan nyeri di dadanya, reflek ia meremasnya. Terasa sesuatu seperti terpasang di sana.
Yewon kembali menatap Jennie, mengamati kakaknya yang duduk di atas kursi roda dengan piyama rumah sakit sama seperti dirinya.
"Saat Unnie bangun, justru kau yang tidur." ucap Jennie kembali.
Yewon belum mengatakan apapun. Karna sungguh ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Ablasi jantung?
Sebenarnya apa yang terjadi?
Mengapa ia sama sekali tak ingat?
.
.
.
Hari di mana Yewon masih setia menunggu Jennie membuka mata, gadis itu sempat jatuh sakit.
Beberapa kali jantungnya berdetak lebih cepat, membuatnya terkadang merintih kesakitan. Hingga hasil pemeriksaan mengatakan jika Yewon menderita aritmia.
Dokter melakukan operasi pada Yewon agar tak berakibat fatal. Setelah operasi itu Yewon memang tak sadarkan diri selama tiga hari.
Yewon tak begitu mengingatnya, rasanya hanya seperti mimpi. Ia hanya ingat jika ia tengah menunggu Jennie di depan ruang ICU.
"Kau sungguh tak ingat?"
Yewon menggeleng saat kakak blondenya bertanya.
Semua orang tengah berkumpul di ruang rawat Yewon. Jennie juga masih di sana, ia berpindah duduk di tepi bangsal sang adik. Tangannya tak lepas menggenggam satu tangan Yewon yang terbebas.
"Sudah, jangan membebaninya dengan pertanyaan itu. Dokter bilang itu hal wajar bagi pasien yang sempat mengalami koma." ucap Jisoo. Ia lalu mendekati bangsal Yewon, mengusap pelan kepala adiknya itu.
"Kau sudah merasa lebih baik?"
Yewon mengangguk, membuat Jisoo lega melihatnya.
"Jennie-ya, kau harus kembali ruang rawatmu."
Ucapan Hyunbin membuat raut wajah Jennie berubah lesu.
"Tak bisakah aku tetap di sini saja?" pinta Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE IN LIFE
Fanfiction"Tak ada yang lebih berharga selain berada di tengah-tengah mereka. Namun... hanya sebuah ketidakmungkinan." # 1- redvelvet 27-07-2023 # 1- irene 31-07-2023 # 1- yeri 01-08-2023 # 1- baejoohyun 09-09-2023 # 1- umji 09-09-2023 # 1- kimjennie 11-11-20...