Ini sudah hari ke tujuh ia berkunjung. Dengan pakaian tertutup, juga topi dan masker yang hampir menutupi seluruh wajah. Tak ada yang berubah, mata indah itu masih enggan terbuka.
Apakah ia harus senang? Atau justru sedih?
Senang karna ia bisa sedekat ini dengan saudari kandungnya. Namun sedih karna mereka harus bertemu dengan kondisi seperti ini.
Perlahan ia membuka topi juga masker yang ia kenakan. Seandainya saudarinya itu terbangun, mungkin ia akan cepat-cepat pergi dari sana.
Jika saja kejadian buruk itu tak menimpa sang kakak, mungkin ia tak akan berada di tempat ini sekarang, ia tak akan bisa sedekat ini dengan kakaknya.
Hanya dengan Chaeyoung koma, Yewon memiliki keberanian untuk menemuinya. Bukan berarti Yewon senang akan kondisi Chaeyoung sekarang.
Yewon pikir setelah ia pergi, semua akan lebih baik, keluarganya akan lebih bahagia. Namun yang ia pikirkan ternyata salah.
Hyeri menceritakan semua yang terjadi dengan keluarga Kim pada Yewon. Tentang nama keluarga Kim yang tercoreng karna status Yewon yang sudah di ketahui publik. Juga pertengkaran yang terjadi antara kakak-kakaknya.
Yewon tak mengerti, ia hanya berusaha menyingkir dari keluarganya yang merasa malu mengakuinya. Namun bukan seperti ini akhir yang ia inginkan, ia tak pernah ingin melihat kehancuran keluarganya.
Yewon juga tau, penyesalan Chaeyoung atas apa yang pernah kakaknya itu lakukan padanya. Terbukti saat mereka tak sengaja bertemu di toko buku. Chaeyoung yang berusaha mengejarnya lalu menangisinya.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Melihat penyesalan salah satu kakaknya, bukan berarti mereka sudah menerima kehadirannya.
Luka di hati Yewon masih sangat menganga.
Ia tak pernah menaruh kebencian pada keluarga Kim. Yewon ingin pulang, tapi tidak sekarang. Setelah ia bisa seperti apa yang orang tuanya harapkan, saat itulah ia akan kembali pada keluarga Kim.
Yewon sudah mengatakan itu pada Hyeri juga Yeri, dua orang yang begitu berjasa dalam hidupnya.
Tangan itu sudah tak sedingin beberapa hari lalu. Tapi kenapa kakaknya belum juga bangun?
Berharap menjadi orang pertama yang menyambut kesadaran sang kakak? Tentu saja tidak. Bisa menggenggam tangan Chaeyoung sebebas ini saja Yewon sudah sangat bahagia.
"Aku sedang berjuang untuk menjadi adikmu yang membanggakan. Kau juga harus berjuang untuk kesembuhanmu. Jadi... mari berjuang bersama."
Yewon tersenyum, jika Chaeyoung melihatnya entah akan seperti apa pertemuan mereka itu.
Yewon melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya ia pergi, karna setelah ini orang-orang yang akan menjaga Chaeyoung datang. Yewon tak boleh ketahuan mereka.
Menatap wajah pucat sang kakak sejenak, Yewon mendekat perlahan lalu mengecupnya sedikit lama.
Tidak apa-apa bukan?
Chaeyoung kakaknya, asal Chaeyoung belum bangun maka Yewon akan leluasa menggenggam tangan bahkan mencium pipi sang kakak.Tersenyum sebentar sebelum akhirnya kembali memakai topi juga maskernya, Yewon lalu beranjak keluar dari ruangan serba putih itu.
.
.
.
"Sudah?" tanya Hyeri saat Yewon sudah memasuki mobil.
Yewon menjawab dengan anggukan. Hyeri lalu menjalankan mobilnya membelah jalanan Ibukota.
Hyeri tampak melirik pada Yewon. Selalu seperti itu, Yewon akan menjadi pendiam setelah mengunjungi Chaeyoung. Pasti karna kondisi Chaeyoung yang belum juga menunjukkan kemajuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE IN LIFE
Fanfiction"Tak ada yang lebih berharga selain berada di tengah-tengah mereka. Namun... hanya sebuah ketidakmungkinan." # 1- redvelvet 27-07-2023 # 1- irene 31-07-2023 # 1- yeri 01-08-2023 # 1- baejoohyun 09-09-2023 # 1- umji 09-09-2023 # 1- kimjennie 11-11-20...