"Aku tak akan mengucapkan terima kasih karna kau pernah menyelamatkan perusahaanku. Aku sudah membalasnya, jadi kita impas sekarang."
Jisoo berdiri di sebelah bangsal Yewon. Gadis yang semalam ia selamatkan itu tampak terbaring seraya menatapnya. Untuk pertama kalinya Jisoo berbicara cukup panjang pada Yewon.
Awalnya Yewon merasa senang saat tau jika Jisoo yang menolongnya. Namun hatinya kembali di patahkan oleh kenyataan bahwa Jisoo menolongnya hanya karna balas budi.
"Aku sudah membayar tagihan rumah sakit. Kau bisa langsung pulang jika Dokter sudah mengizinkan."
Tak ingin terlalu lama berada disana, Jisoo mengambil langkah lalu keluar dari ruang rawat Yewon. Tanpa mempedulikan Yewon yang semakin tersakiti karna mengharap perhatian darinya.
"Seharusnya kau tak perlu menolongku. Seharusnya kau membiarkanku mati saja." ucap Yewon lirih.
Ia menarik selang infus yang masih menancap di punggung tangannya. Membuat darah seketika menetes mengotori lantai.
Yewon turun dari bangsal. Masih memakai piyama rumah sakit, Yewon berjalan keluar dari ruang rawatnya lalu pergi meninggalkan gedung rumah sakit.
.
.
.
Sudah hari ketiga, sejak Yewon mendapat kekerasan di sekolah. Gadis itu tak pernah menampakkan diri di sekolah. Beberapa murid turut mempertanyakan perihal keberadaan Yewon.
Bukan untuk peduli, hanya penasaran karna biasanya mereka akan melihat pemandangan Yewon dirundung oleh seniornya.
"Apa yang kemarin itu parah? Dia sampai tak sekolah tiga hari ini."
"Sepi tak ada tontonan. Apa dia keluar dari sekolah?"
"Baguslah jika dia keluar. Dari pada hanya menjadi bahan bullying."
Kurang lebih seperti itu ucapan dari beberapa murid yang mempertanyakan tentang ketidakhadiran Yewon di sekolah.
Yeri adalah orang yang paling khawatir saat tak mengetahui kabar Yewon sama sekali. Terakhir mereka bertemu saat di ruang kesehatan. Ia sempat membujuk Yewon untuk ia antar ke rumah sakit. Namun Yewon menolak dan memilih untuk pulang saja.
Tanpa Yeri tau, Yewon tidaklah langsung pulang. Yewon tiba di rumah saat hampir tengah malam hingga membuatnya harus mendapat hukuman dari Hyunbin.
Hari ini Yeri kembali mendatangi kelas sahabatnya, berharap menemukan Yewon disana. Ia menyembulkan kepalanya ke dalam, melihat ke arah bangku Yewon yang lagi-lagi kosong.
"Dia tidak ada, mungkin sudah keluar dari sekolah." ucap Nancy.
"Aku tak bertanya." ketus Yeri. Ia tak menyukai Nancy karna gadis itu juga sering mengatai Yewon.
"Aku hanya memberitahumu. Lagi pula apa untungnya berteman dengan dia. Kau bisa saja ketularan bodoh."
"Yak! Memangnya kau sepintar apa mengatai temanku bodoh. Kau juga hanya berada di kelas 10 E. Tidak sadar diri sekali."
Nancy benar-benar menyebalkan. Ingin sekali Yeri mencakar wajah cantik gadis itu.
Hanya wajahnya yang cantik, tapi kepribadiannya sungguh buruk.
Nancy tampak akan menjawab ucapan Yeri, namun kehadiran guru yang akan memasuki kelas membuat Nancy mengurungkan niatnya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Sowon menatap tegas dua siswi yang berdiri di depan kelas. Padahal jam pelajaran akan segera di mulai.
"Yeri, kembali ke kelasmu. Nancy, kau juga segeralah masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE IN LIFE
Fiksi Penggemar"Tak ada yang lebih berharga selain berada di tengah-tengah mereka. Namun... hanya sebuah ketidakmungkinan." # 1- redvelvet 27-07-2023 # 1- irene 31-07-2023 # 1- yeri 01-08-2023 # 1- baejoohyun 09-09-2023 # 1- umji 09-09-2023 # 1- kimjennie 11-11-20...