DIL (25)

1K 138 22
                                    

Wajah Yewon sudah di penuhi keringat. Ini hari pertamanya menjalani terapi. Lelah, juga menyakitkan tentunya. Kedua kakinya benar-benar sulit di gerakkan. Ia bahkan sudah mengerahkan seluruh tenaganya. Namun ia tak bisa berpijak lebih lama. Beberapa kali hampir tersungkur jika Jisoo tak sigap menahannya.

"Cukup untuk hari ini." ucap Irene menyudahi kegiatan terapi Yewon.

Perawat segera membawa kursi roda Yewon. Jisoo dengan cepat membantu adiknya duduk di atas kursi roda. Dengan lembut ia mengusap peluh di wajah Yewon dengan sapu tangan miliknya.

"Gwenchana?"

Jisoo tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Wajah Yewon tampak begitu lelah.

"Jangan khawatir Jisoo-ya. Ini hal wajar untuk pemula seperti Yewon. Beruntung karna kaki Yewon hanya mengalami kelumpuhan sementara. Jika dia rutin menjalani terapi semua akan kembali seperti semula." jelas Irene mencoba menenangkan kekhawatiran Jisoo.

Sulung Kim itu mengucapkan terima kasih pada Irene. Ia lalu membawa Yewon keluar dari sana.

Hanya dirinya yang menemani Yewon melakukan terapi. Kedua orang tuanya harus menghadiri pertemuan penting. Yejin sebenarnya tak berniat datang dan memilih untuk menemani putri bungsunya. Namun Jisoo meyakinkan jika ia bisa menemani Yewon.

Chaeyoung juga sempat bersikeras ingin ikut, namun Jisoo melarangnya karna tak ingin Chaeyoung membolos.

Jisoo tak langsung membawa Yewon pulang, ia justru mendorong kursi roda Yewon menuju taman rumah sakit.

Yewon sempat bingung, tapi ia memilih diam.

Jisoo menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan. Ia tersenyum menatap pemandangan dihadapannya. Begitu takjub akan keindahan taman rumah sakit yang di buat oleh kakeknya.

Gedung berbau obat-obatan itu sudah sangat menyesakkan. Pemandangan indah seperti inilah yang di butuhkan. Kini ia tau alasan sang kakek membuat taman seluas juga seindah itu di area rumah sakit.

Lama mereka di sana, tak ada percakapan antara keduanya. Yewon diam karna memang tak ada yang ingin ia katakan, juga tubuhnya masih terasa lelah karna kegiatan tadi.

Beberapa kali Yewon melirik Jisoo yang hanya diam berdiri dengan tatapan lurus ke depan.

Hingga tatapan mereka bertemu, Yewon ketahuan mencuri pandang pada Jisoo. Bukannya segera berpaling, namun Yewon justru hanyut dalam tatapan hangat itu.

Senyum yang Jisoo tunjukkan begitu tulus. Senyum yang beberapa waktu terakhir sering Yewon lihat.

Yewon masih setia menatap Jisoo. Dari awal gadis itu berdiri hingga kini berjongkok di hadapannya, meraih satu tangannya lalu ia genggam erat.

Yewon tak menolak, ia memilih menunggu kelanjutan dari apa yang akan Jisoo lakukan.

"Mianhae."

Lagi dan lagi, kata-kata itu yang Yewon dengar.

"Aku tau kau bosan mendengarnya, tapi aku akan terus mengatakannya sampai kau benar-benar memaafkanku."

Masih berjalan satu tahun, namun Jisoo sudah merasa begitu berat. Demi meraih maaf dari gadis yang dulu selalu ia sakiti. Lalu bagaimana dengan Yewon yang bertahun-tahun menerima kesakitan darinya?

Kembali meraih satu tangan Yewon yang terbebas. Kini Jisoo menggenggam kedua tangan Yewon.

"Tolong katakan sesuatu. Bicaralah apakah kau memaafkanku atau tidak."

"Kau hanya terus mengatakan bahwa kau tak pantas di mintai maaf."

"Yewon-ah, aku bersalah atas semua penderitaan yang terjadi padamu. Kau harus menghukumku, jika perlu pukul aku. Setidaknya aku harus mendapatkan pembalasan dari apa yang ku perbuat padamu."

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang