DIL (23)

1K 134 18
                                    

Setiap detail dari kejadiaan naas itu terekam jelas dalam ingatan Yewon. Tak hilang, atau pudar sedikitpun.

Satu tahun lamanya, Yewon menikmati rasa sakit akan kehilangan sumber kebahagiaannya. Kenangan kelam yang akan terus tersimpan dalam keterbatasan memori Yewon.

Lantunan maaf yang terus ia ucapkan. Merasa bersalah atas ketidakberdayaannya untuk menolong kala itu. Membuatnya harus kehilangan figur keluarga yang begitu menyayanginya.

Yewon hancur, rapuh, ia kehilangan semangat hidup, kehilangan separuh jiwanya. Segalanya tak berarti apapun setelah orang-orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya.

Mengapa ia harus selamat sendirian?
Mengapa mereka tak membiarkannya ikut?
Mereka sudah berjanji akan menemani Yewon. Tapi sekarang Yewon justru di tinggal sendirian.

Dunia jahat sekali untuknya. Saat ia baru saja merasakan apa itu kasih sayang, namun harus hilang begitu saja.

Tak ada yang setulus keluarga Lee, tak ada yang bisa menggantikan keluarga Lee. Dan tak ada yang bisa membuatnya nyaman, senyaman saat ia bersama keluarga Lee.

Sudah satu tahun, rasanya benar-benar sangat berat. Menjalani hidup yang begitu hampa. Yewon ingin sekali menghilang saja. Hidup pun terasa percuma karna tak ada alasan untuknya tetap hidup.

Satu tahun yang lalu ia membuka mata. Mengira bahwa apa yang ia alami adalah mimpi. Namun perkiraannya salah, kecelakaan hebat itu berhasil merenggut kebahagiaannya bersama keluarga Lee.

"Hyeri Unnie..." lirih Yewon setelah membuka mata.

Sosok yang ia sebut namanya, tak tampak di hadapannya.

Sebuah tangan serasa menggenggamnya erat. Ia pikir itu Hyeri, namun ternyata bukan.

"Hyeri sudah tenang, dia akan selalu tinggal di sini." tunjuk Chaeyoung di dada Yewon.

Seketika dunianya runtuh. Tak butuh waktu lama untuk mencerna kalimat Chaeyoung. Kenyataan menyakitkan tentang keluarga Lee yang sudah pergi untuk selama-lamanya.

Duduk di atas kursi roda dengan tatapan tak lepas dari tiga makam di hadapannya. Satu bucket bunga yang ia bawa masih berada di atas pangkuannya. Tatapan penuh kesakitan juga kerinduan pada kedua orang tua juga kakak angkatnya.

Yewon tak menangis, air matanya seolah mengering. Tapi percayalah, hatinya masih sangat hancur setelah berpisah dengan keluarga Lee.

Berpisah dalam keadaan yang tak pernah Yewon inginkan.

Yewon mengingatnya, dekapan terakhir yang Hyeri berikan.

Bahkan di sisa waktu terakhir Hyeri, kakaknya itu masih berusaha melindunginya.

Mengapa harus keluarga Lee?
Mengapa tidak dirinya saja yang pergi kala itu?

Yewon merasa seperti membawa petaka buruk bagi keluarga baik itu. Seharusnya Yewon bisa melindungi mereka, bukan mereka yang terus melindungi Yewon.

Menggerakkan kursi rodanya perlahan, Yewon lalu meletakkan bucket bunga yang ia bawa di makam Hyeri.

Ia hanya membawa satu. Tidak masalah, Jessica dan Donghae juga pasti tak akan mempermasalahkannya.

Seharusnya saat ini mereka sudah tinggal di Paris. Menjalani hari-hari indah seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.

Namun sayang, semua itu hanya angan semata. Dirinya hanya seorang diri. Tanpa keluarga juga kebahagiaan yang memeluknya.

Begitu sesak, selalu seperti ini setiap kali ia datang ke tempat menyakitkan itu. Yewon bahkan tak tau lagi harus bagaimana mengungkapkan kesakitan hatinya. Luka kehilangan itu semakin hari justru semakin menganga lebar.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang