DIL (36)

781 110 38
                                    

Pergi mencari Chaeyoung tanpa berbekal apapun. Berjalan kaki menyusuri kota, masih mengenakan seragam sekolah lengkap, Yewon tak peduli tatapan beberapa pasang mata yang terus memperhatikannya.

Mungkin sebagian dari mereka tau siapa Yewon. Putri bungsu keluarga Kim yang kemunculannya sempat menghebohkan Korea.

Menghentikan langkah sejenak, mencari dengan cara seperti ini tentu akan sia-sia. Yewon membutuhkan bantuan seseorang.

Memutar otaknya yang tak cukup pintar, seketika nama sang sahabat terlintas di kepala Yewon. Ia segera merogoh saku almamaternya, berharap ponsel canggihnya tak tertinggal.

Beruntung ponsel canggih pemberian Jennie itu tak lupa ia bawa. Yewon mulai mencari kontak seseorang yang akan ia hubungi.

Mengingat Jennie membuat Yewon jadi sedih. Benar, seandainya ia menerima penawaran Jennie mungkin penculikan itu tak akan terjadi.

Hela nafas terdengar dari bibir Yewon. Hingga suara seseorang di seberang telepon terdengar. Yewon segera menyahutnya.

"Yeoboseyo?"

"Tzuyu-ya."

"Nde? Yewon-ah, ada apa menelponku malam-malam?"

.

.

.

Chaeyoung tersentak saat mendengar suara pintu ruangan yang di buka secara kasar. Mulutnya kembali dipasang lakban hitam oleh Tzuyu. Gadis yang sudah mengkhianati adiknya itu kini kembali menghampirinya.

"Aku menyiapkan kejutan lain untukmu. Ku pastikan kau akan sangat senang." ucap Tzuyu dengan ekspresi wajahnya yang menyebalkan.

Tzuyu tampak menunjukkan layar ponselnya yang sedang tersambung dengan seseorang.

"Mian eoh, tadi aku ke kamar mandi sebentar."

"Hmm, tak apa."

Dada Chaeyoung seketika bergemuruh. Suara di sambungan telpon itu, ia sangat mengenalinya.

"Tenanglah, aku pasti akan membantumu. Aku akan bertanya pada kakakku, dia pandai melacak keberadaan seseorang. Aku akan memberitahumu jika kakakku berhasil melacak keberadaan Chaeyoung sunbae."

Mata Chaeyoung membulat sempurna, ia sedikit memberontak. Ia tau dengan siapa saat ini Tzuyu berbicara.

Chaeyoung berusaha mengeluarkan suaranya, ingin sekali ia berteriak, memberitahu sang adik jika sahabatnya adalah seorang pengkhianat.

Sambungan telepon itu terputus. Tzuyu beralih pada Chaeyoung, ia mencengkram kuat rahang Chaeyoung.

"Kau bisa diam tidak!"

Tzuyu tampak marah karna sejak tadi Chaeyoung terus memberontak. Bukannya takut, gadis blonde itu justru balas menatap tajam pada Tzuyu.

"Bahkan saat nyawamu berada di ujung tanduk, kau masih bersikap angkuh seperti ini."

Tzuyu semakin memperkuat cengkramannya, membuat Chaeyeong memejamkan mata karna kesakitan.

Tak sampai disitu, Tzuyu kembali melayangkan tamparannya di kedua pipi Chaeyoung.

Entah seperti apa wajah Chaeyoung sekarang. Memar, atau mungkin lebih dari itu. Rasanya benar-benar sangat sakit.

"Kau pasti mengenali suaranya."

"Adik bodohmu itu sedang sibuk mencarimu."

"Bagaimana jika ku undang adikmu untuk bergabung? Sepertinya menyenangkan."

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang