DIL (43)

787 115 22
                                    

Jennie memarkir asal mobilnya. Ia bergegas turun lalu melangkah cepat memasuki mansion.

Langkahnya terhenti saat tiba di ruang keluarga, di sana ia melihat adik bungsunya tengah di peluk oleh Yejin.

Isak tangis terdengar menggema, kedua orang tua juga saudari-saudarinya berkumpul menyambut kembalinya Yewon dengan tangisan.

Sang Ayah yang nyaris tak pernah terlihat menangis, tampak tak bisa menahan air matanya saat memeluk Yewon.

Lihatlah, betapa mereka tersakiti atas kepergian Yewon. Dan itu semua karna kebodohan Jennie.

Gadis mandu itu tentu menyimpan penyesalan juga rasa bersalah yang begitu besar terhadap keluarganya. Dirinya lah yang membuat si Bungsu pergi.

Awalnya ia ingin segera pulang karna ingin memeluk sang adik. Namun sekarang justru ia ragu melakukannya.

Bagaimana jika Yewon menolak?

Yewon tentu tak akan mau di peluk oleh kakak kejam seperti dirinya.

Jennie perlahan mendekat. Sesuai dugaan, Yewon yang menyadari kedatangannya tampak beringsut.

Bungsu Kim itu tampak berlindung di belakang tubuh Yejin.

"Yewon-ah." panggil Jennie lirih.

Yejin bisa merasakan tangan Yewon meremas kuat pinggangnya.

Melihat sang adik seperti ketakutan, Chaeyoung segera menahan pergerakkan Jennie.

Chaeyoung menggeleng seraya menatap Jennie, memberi isyarat pada sang kakak untuk tak mendekati Yewon.

"Tidak sekarang, Yewon takut padamu."

.

.

.

Hari-hari mereka jalani setelah kembalinya Bungsu Kim. Suasana serasa kembali berwarna, tidak seperti hari-hari sebelumnya saat Yewon pergi.

Keberadaan Yewon benar-benar membawa kebahagiaan tersendiri untuk mereka. Sesuai janji yang pernah mereka ucapkan, mereka akan terus menyayangi juga menjaga Yewon dengan baik.

Namun sayangnya di balik kehangatan juga kebahagiaan keluarga itu, ada seseorang yang hingga detik ini masih menanti permintaan maafnya di terima.

Jennie belum sama sekali berbicara dengan Yewon. Jangankan berbicara, mencoba mendekat saja Yewon sudah beringsut ketakutan.

Sedalam itu kah luka yang ia torehkan di hati sang adik?

Yewon benar-benar takut saat ia dekati.

"Jennie-ya, sarapanlah dulu."

Panggilan sang Ibu saat ia berjalan menuruni anak tangga untuk bersiap pergi ke rumah sakit. Ia melirik pada meja makan dan mendapati Yewon di sana.

Adiknya seketika menunduk saat ia tatap.

"Aku buru-buru, aku akan sarapan di kantin rumah sakit."

Sudah ke sekian kalinya Jennie tak mengikuti ritual sarapan bersama keluarganya.

Tentu bukan tanpa alasan, ia hanya tak ingin adik bungsunya merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

Tidak, Jennie tidak marah atau membenci Yewon. Ia hanya ingin sedikit melakukan sesuatu untuk sang adik.

Jika dengan menjauh bisa membuat adiknya lebih baik, Jennie akan melakukannya. Meski ia sendiri begitu tersiksa karna rasa rindunya pada Yewon.

Setidaknya ia masih bisa menatapnya walau hanya dari jauh.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang