DIL (40)

899 118 10
                                    

Seorang gadis terlihat turun dari mobil dengan sebuah buket bunga di tangannya. Senyumnya merekah, mengingat hari ini ia datang untuk mengunjungi adik bungsunya.

Sudah satu minggu ia tak melihat sang adik. Ia sudah tak sabar ingin bertemu.

Beberapa Dokter juga pekerja rumah sakit tampak  membungkuk saat dirinya lewat. Menyusuri koridor hingga kini ia sudah berada di depan pintu ruang VVIP tempat adiknya di rawat.

Terdiam sejenak, teringat kembali akan segala sikap buruknya pada si bungsu beberapa hari lalu, hingga penyesalan mendalam begitu membelenggunya.

Tak apa jika nanti adiknya akan marah saat ia datang, atau kedatangannya akan ditolak oleh sang adik. Jennie sudah mempersiapkan diri untuk menerima semua itu.

Karna semua juga berawal dari dirinya.

Menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan sebelum memutar knop pintu lalu membukanya.

Sedikit bingung saat hanya mendapati dua orang perawat yang tengah membereskan kamar rawat mewah itu. Jennie bergegas menghampiri mereka.

"Dimana adikku?"

"Ah Dokter Jennie, anda..."

"Ku tanya di mana adikku?!"

Dua perawat itu langsung menunduk saat mendengar nada bicara Jennie yang meninggi.

"Untuk apa kau mencarinya?"

Sosok Chaeyoung terlihat masuk, membuat Jennie langsung menoleh ke arahnya.

Gadis mandu itu baru menyadari jika satu minggu ini ia juga tak melihat Chaeyoung. Adik pertamanya memang masih dirawat di rumah sakit. Dan sampai detik ini, Chaeyoung masih menyimpan kemarahan padanya.

"Apa maksud pertanyaanmu? Tentu saja aku ingin bertemu dengannya."

Chaeyoung berdecih, ia melangkah mendekati Jennie dengan tatapan penuh kebencian.

"Untuk apa? Untuk kau sakiti lagi? Untuk kau salahkan lagi seperti kemarin?"

Jennie di buat bingung dengan ucapan Chaeyoung. Beberapa hari ia tak datang ke rumah sakit karna menghindari pertengkaran dengan Chaeyoung. Dan hari ini ia datang dengan tujuan menjenguk adik bungsunya, tapi ia malah di suguhkan kalimat membingungkan dari gadis blonde itu.

"Aku sedang tak ingin bertengkar. Jadi berhenti membahasnya dan katakan di mana Yewon?"

Chaeyoung tersenyum tipis.

"Dia sudah tak di sini."

"Katakan dengan benar Chaeyoung-ah."

"Ku bilang dia sudah tak di sini!"

Tak peduli jika di hadapannya adalah kakaknya yang harus ia hormati. Rasa hormat itu sudah hilang saat sang kakak tega menyakiti adik kesayangannya.

"Dia pergi sesuai keinginanmu! Kau sudah tak menginginkannya kan, kau hanya selalu memarahinya! Kau tak pernah benar-benar peduli padanya!"

Buket bunga di tangan Jennie jatuh, bersamaan dengan air mata yang turun dari pelupuk matanya.

"Harusnya kau sadar Unnie, kau lah orang yang paling dia sayangi. Setiap kali dia bersamaku, hanya kau yang selalu dia ceritakan. Tapi apa yang kau lakukan padanya, kau malah menyudutkannya atas kesalahan yang tidak dia lakukan!"

Wajah Chaeyoung memerah dengan kedua pipinya yang sudah basah. Membayangkan betapa sulit posisi adiknya ketika itu.

Dua perawat yang tadi membereskan ruangan terlihat pamit. Suasana terasa mencekam saat berada di antara kakak-beradik yang tengah bersitegang itu.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang