DIL (7)

855 137 16
                                    

Yewon menutup luka di lengannya dengan perban baru. Ia lalu memakai almamaternya dan bersiap pergi ke sekolah. Sejenak menatap pantulan dirinya di cermin. Ia mengusap pelan lengannya yang sempat terluka karna menolong Chaeyoung.

Yewon tersenyum lirih, padahal ia sudah berjanji untuk tak menganggap mereka siapa-siapa. Namun kemarin ia justru menolong salah satu kakaknya dari gangguan preman.

Mengesampingkan fakta jika Chaeyoung adalah kakaknya yang selalu menyakitinya. Yewon lebih tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Chaeyoung.

Yewon meraih tas punggungnya lalu melangkah keluar dari kamar. Tepat saat ia keluar, gadis yang sejak tadi ia pikirkan tampak berjalan dari arah dapur.

Tatapan keduanya bertemu, dan tanpa sadar mereka bertatapan dalam waktu yang cukup lama.

Pandangan Chaeyoung jatuh pada lengan Yewon yang tertutupi almamater. Inginnya menanyakan sesuatu, namun gadis blonde itu seperti ragu untuk mengatakannya.

Yewon masih menunggu, mungkin Chaeyoung ingin mengatakan sesuatu, sekedar ucapan terima kasih mungkin. Meski Yewon tak yakin jika Chaeyoung akan mengatakannya.

Lama menunggu, Yewon memutuskan untuk mengambil langkah lebih dulu. Ia melewati Chaeyoung begitu saja. Lagi pula apa yang ia harapkan dari kakaknya itu? Ucapan terima kasih?

Sangatlah mustahil!

Arah pandang Chaeyoung terus tertuju pada Yewon, bahkan saat Yewon melewatinya. Hingga Yewon menghilang dari pandangannya, hela nafas terdengar dari bibir Chaeyoung.

"Dia terlihat baik-baik saja. Untuk apa aku harus mengkhawatirkannya." ucap Chaeyoung.

Padahal hati dan ucapannya tidaklah sejalan.

"Unnie, apa yang kau lakukan di sana?"

Lisa terlihat datang menghampiri. Sejak tadi ia menunggu sang kakak untuk berangkat ke sekolah. Lisa sedikit terheran mendapati Chaeyoung berdiri tak jauh dari kamar gadis yang begitu mereka benci.

"Tidak ada, Unnie dari dapur."

Lisa mengangguk percaya. Ia lalu menggandeng lengan Chaeyoung.

"Ayo berangkat, Jennie Unnie akan mengantar kita."

.

.

.

Yewon belum pergi meski ia sudah keluar dari mansion. Ia tengah menunggu mobil saudarinya keluar dari gerbang telebih dahulu.

Tak ingin menampakkan wajah di hadapan mereka, seperti yang mereka inginkan selama ini. Yewon hanya mencoba mewujudkannya. Saat mobil saudarinya benar-benar pergi, Yewon berjalan cepat menuju pintu gerbang.

"Saya benar-benar minta maaf Nona."

Yewon menghentikan langkah saat mendengar salah satu pengawal tengah berbicara lewat sambungan telepon. Wajah pria itu terlihat panik, juga takut.

"Ada apa Ahjussi?" Yewon menghampiri saat pembicaraan di telepon itu terputus.

"Ah, Nona Yewon." pria itu segera membungkuk sopan. Meski Yewon tidak di perlakukan dengan baik oleh keluarga Kim, semua pekerja di sana tetap menghormatinya.

"Mengapa wajah Ahjussi terlihat panik?" tanya Yewon kembali.

"Dokumen Nona Jisoo tertinggal. Dia meminta saya untuk mengantarnya. Tapi mobil ini tak hidup dan saya tak mengerti."

Hanya tinggal satu mobil yang ada di mansion, karna yang lain sedang di pakai. Jika tau dokumen itu tertinggal, mungkin sejak tadi pengawal itu akan menitipkannya pada Jennie.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang