DIL (27)

1K 137 12
                                    

Rasa canggung itu masih ada, namun sudah tak begitu terlihat. Seiring berjalannya waktu, Yewon mulai membuka hati untuk keluarga Kim.

Mulai terbiasa dengan segala perhatian juga kasih sayang keluarga kandungnya. Yewon juga sudah banyak berbicara saat bersama kedua orang tua maupun kakak-kakaknya.

Rutin menjalani terapi membuat kedua kaki Yewon tampak menunjukkan kemajuan. Ia mulai bisa berjalan beberapa langkah, meski sedikit tertatih.

Berdamai dengan masa lalu, bukan berarti Yewon bisa dengan mudah melupakan kesakitan yang pernah dilakukan keluarganya.

Yewon masih ingat!

Namun ia mencoba untuk menerima apa yang ia jalani sekarang. Hidup di tengah-tengah keluarga yang dulu selalu memberinya luka, Yewon mencoba untuk memaafkan mereka.

"Tidak baik jika terus melihat masa lalu."

Itu yang pernah di katakan seseorang pada Yewon.

Niatnya ingin berpindah ke tempat duduk sendiri, namun dengan sigap orang-orang di ruang makan itu segera membantunya.

Padahal Yewon merasa bisa melakukannya sendiri.

Hyunbin tersenyum lembut setelah membantu putrinya duduk di hadapan meja makan. Senyum yang sangat jarang ditunjukkan oleh pria itu. Namun untuk Yewon, Hyunbin selalu menunjukkannya.

"Ingin sarapan apa?" tanya Yejin yang tampak bersiap mengambilkan sarapan untuk Yewon.

"Roti selai." jawab Yewon. Yejin dengan segera menyiapkannya.

Satu tempat duduk terlihat kosong, hal itu tentu membuat Yewon bertanya.

"Dimana Chaeng Unnie?"

"Kakakmu demam, jadi dia tak ikut sarapan bersama."

Yewon tampak terkejut, pantas saja semalam kakaknya itu tak datang ke kamarnya. Biasanya Chaeyoung selalu datang tanpa permisi lalu menumpang tidur di kamarnya.

"Chaeng Unnie baik-baik saja?"

"Gwenchana, Jennie Unnie sudah memeriksanya. Chaeyoung demam karna kehujanan sepulang sekolah." jelas Lisa.

Yejin tampak tersenyum saat melihat Yewon mengkhawatirkan Chaeyoung. Itu artinya Yewon sudah benar-benar membuka hati untuk keluarga Kim.

Yewon melirik pada Jisoo yang tampak begitu sibuk dengan ponsel di tangannya. Kakak tertuanya itu memang selalu sibuk mengingat dia adalah seorang pengusaha muda yang sukses.

Yewon beralih menatap Jennie. Kakaknya yang dingin juga sedikit galak, tampak tengah menikmati sarapan dengan tenang.

Dirinya dengan Jennie masih tak banyak bicara. Meski begitu, Yewon tak lagi melihat tatapan dingin juga tajam seperti yang dulu Jennie tunjukkan. Jennie juga sering memberinya perhatian melalui tindakan, bukan dengan ucapan.

Jennie sangat irit bicara pada Yewon.

Sadar tengah di perhatikan, Jennie mendongak hingga matanya langsung bertemu tatap dengan Yewon yang duduk berhadapan dengannya.

Hal itu jelas membuat Yewon gelagapan karna ditatap secara tiba-tiba oleh Jennie.

Jennie melirik sarapan Yewon yang masih utuh.

"Mengapa tak dimakan?"

Yewon beringsut, ia segera meraih roti selai di hadapannya lalu memakannya. Ia memalingkan wajah, merasa malu karna ketahuan sedang memperhatikan sang kakak.

Meski Jennie menyayanginya, namun gelar kakak galak tetap melekat pada Jennie. Dan Yewon masih cukup takut saat berhadapan dengan Jennie.

"Jangan galak-galak Unnie, kau membuatnya takut." bisik Lisa yang duduk di sebelah Jennie.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang