⁵²🌹Regret🌹

2.7K 358 349
                                    

Mature18++

Darah memanas merangkak naik ke permukaan wajah Jungkook-pucat, pria itu seketika pucat setelah mendengar perkataan dari Mingyu.

Tatapan pria itu kosong. Jungkook menjatuhkan tangannya dan sambungan telpon itupun sudah terputus.

Apa katanya tadi? Lalisa hamil?
Hamil anak si brengsek itu?

"T-tidak! I-ini tidak mungkin! Ini mustahil terjadi." Ujar pria itu menggeleng tak percaya di barengi kekehan garing.

Mata pria itu bergulir gelisah, jantungnya berdetak tidak karuan di karenakan cemas dan takut bercampur menjadi satu. Dadanya kembali sesak, rasa tidak nyaman memenuhi perutnya.

Lintasan memori malam itu kembali berputar, menghantam dada Jungkook kembali pada rasa sakitnya.

Kalau itu benar-benar terjadi bagaimana cara Jungkook menghadapi ini semua kalau seandainya betul Lalisa hamil? Apa dia bisa menerima semua rasa sakit dan kecewanya ini? Rasa-rasanya tidak. Hatinya sangat sakit luar biasa, kecewa luar biasa. Ingin pergi tapi sesuatu dalam dirinya terus memaksa agar menetap.

Cinta, cinta itu yang memaksa dirinya untuk terus bersama.

Jungkook meremas kuat ponsel di genggamannya. Tatapan yang tadinya menyiratkan kelembutan dan ke-khawatiran terhadap Lalisa yang tengah sakit, kini berubah menjadi tatapan penuh emosi, kecewa, sedih, marah bercampur menjadi satu.

Pria itu menatap dalam Lalisa dengan penuh rasa sesak di dadanya. Matanya memerah, tangannya mengepal dan rahangnya terkatup kuat.

Jika saja Lalisa tidak dalam keadaan yang lemah karena sakit, mungkin saja Jungkook akan sulit mengendalikan dirinya agar tidak meledak-ledak sekarang juga.

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, menekan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.

"Aku tidak pernah menyangka padamu, Lalisa. Kau tega mengkhianati ku padahal aku sangat mencintaimu, sampai ketika kau menyakitiku seperti ini pun aku masih tetap mencintaimu." Jungkook mengerjap cepat. Menghalau embun yang berkumpul di bola matanya.

"Bagaimana.." Tenggorokan Jungkook rasanya tercekat, pria itu menggeleng. "Bagaimana bisa aku masih tetap mencintaimu sedalam ini huh? Katakan.. apa yang harus aku lakukan sekarang? Di satu sisi aku benar-benar sangat terluka dan benci, tapi di sisi lain berat rasanya menjauh darimu."

"Lalu sekarang apa? Apa yang harus aku lakukan padamu Lalisa?!.. APA?!." Jungkook berteriak frustasi.

Banyak pemikiran buruk terlintas di benak pria itu hingga Jungkook terus saja berburuk sangka pada hal-hal yang belum tentu benar adanya.

Wajah Lalisa nampak gelisah, dahinya mengkerut. Suara Jungkook barusan menembus gendang telinganya samar-samar, wanita sakit itu dapat merasakan amarah yang membuatnya semakin tidak nyaman.

"Jungkook.." Suara Lalisa menguar seperti angin berbisik tanpa bisa membuka matanya yang terasa berat.

Namun Jungkook dapat mendengarnya.
Pria itu menatap Lalisa, menghembuskan nafasnya kasar lalu mengusak rambutnya frustasi.

"Ck! Sial!."

Ini bukan saatnya dirinya harus marah, pikir Jungkook. Lalisa harus segera di periksa agar tau apakah perkataan Mingyu itu benar atau salah.

Jungkook segera keluar, membuka pintu lalu mempersilahkan dokter masuk untuk memeriksa Lalisa.

"Bagaimana keadaannya, Dok?." Tanya Jungkook setelah melihat dokter itu memeriksa keadaan Lalisa.

⑴𝐒𝐇𝐎𝐑𝐓 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 ❨ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋ❩ ∶ 릿국✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang