31 - Kehangatan di Aroma Rasa

8 0 0
                                    

Menjadi berarti untuk orang lain ternyata menyenangkan.

---

Meski antrean tidak sepanjang tadi, suasana Aroma Rasa masih ramai. Mereka yang selesai bertransaksi beberapa malah nongkrong di luar, mengobrolkan apa saja. Menjadi penjaga toko ternyata tidak semudah yang Nolan bayangkan. Kakinya sudah pegal, tapi dia gengsi minta istirahat. Malu sama karyawan lain-semuanya cewek-yang tampak baik-baik saja. Dia tidak punya pilihan selain bertahan dan tetap melayani setulus di awal tadi.

Live sudah berakhir. Tadi Sarah sendiri yang jadi kamerawan dadakan. Dia cukup jeli memanfaatkan kesempatan itu. Dia sampai keluar ke pinggir jalan, menyorot tampilan depan tokonya secara penuh supaya mudah dikenali oleh mereka yang akan berkunjung setelah menonton live itu. Lalu dia jalan pelan ke arah pintu sambil menyorot pengunjung yang baru datang dan menyapanya dengan ramah. Seolah paham, mereka balas melambai ke kamera. Setibanya di dalam, dia berputar pelan, memperlihatkan keseluruhan interior tokonya. Dia tak melupakan kue-kue cantik dalam etalase, suasana antrean, hingga akhirnya gambar terfokus pada Nolan yang sibuk melayani. Di situ dia bertahan lama, membiarkan Nolan sesekali menyapa dan mengajak penontonnya ke sini.

Perhatian Nolan teralihkan saat Melda masuk dan menyerobot antrean. Kania mengekorinya.

"Eh, antre, dong," protes cewek berkaus merah yang berdiri paling depan.

"Santai, gue justru mau bantuin, biar cepet." Melda menimpali dengan tatapan sewot. Kemudian dia menoleh ke arah Tante Sarah yang masih sibuk di balik meja kasir. "Boleh, kan, Tan?"

Sarah baru mau menegur agar Melda berdiri di ujung antrean, tapi sekarang malah mengangguk setengah melongo.

"Asyik." Melda girang. Ia berjalan cepat ke belakang etalase, langsung mengambil posisi di sebelah Nolan, menggeser Yuli.

Yuli menggeram dalam hati. Kedamaiannya beberapa saat lalu buyar seketika.

Kania malah bingung harus berbuat apa. Mama kemudian menyuruhnya mengecek kondisi dapur, sambil mengembalikan loyang-loyang yang sudah kosong.

Malam ini Aroma Rasa benar-benar sibuk. Sarah sangat beruntung mendapatkan tenaga tambahan dari Nolan, dan sekarang ada Melda juga. Meski dia tidak yakin sahabat putrinya itu akan benar-benar membantu. Sepertinya dia hanya ingin merecoki Nolan.

"Toko mamanya sibuk, kok, malah keluyuran sih?" sindir Nolan saat Kania lewat di samping etalasenya.

"Eh, gue nggak keluyuran, ya."

"Oh iya, lupa. Lo, kan, cuma makan bareng cowok." Nolan mengulas senyum sinis yang terlihat sangat menyebalkan. Dia sudah melihat story Liam, dan demi apa pun dia menyesal. Tapi sudah telanjur, dan sekarang dia sangat penasaran dengan cerita di balik foto itu.

"Maksud lo apa, sih?" Tatapan Kania meruncing.

"Kan, kok, masih di situ? Coba cek ke dalam, Sayang." Suara Mama memaksa Kania menyudahi perdebatan itu. Dia mengembuskan napas kasar dan berlalu dengan entakan kaki kuat-kuat.

Nolan tersenyum penuh kemenangan. Tapi beberapa jenak kemudian dia tersadar dan mulai berpikir, untuk apa sebenarnya dia ke sini? Dan kenapa dia masih suka menyulut emosi Kania?

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang