54 - Pelukan Pertama

12 0 0
                                    

Rasanya seperti sepasang sayap patah yang tiba-tiba sembuh dan bisa kembali mengepak dengan leluasa.
---

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Nolan terus-terusan merapal doa. Air matanya yang masih bergulir menjadi saksi betapa takutnya dia saat ini. Dia memangku kepala Liam sehati-hati mungkin. Dia sengaja memiringkan badannya dengan bagian luka menghadap ke atas agar pendarahannya tidak bertambah parah. Salah satu tangannya bertahan menekan bekas tusukan itu. Sementara tangan lainnya sesekali mengusap wajah Liam yang semakin pucat, dingin dan lembab. Dalam waktu berkala Nolan juga mengecek detak di dada Liam.

Tuhan … tolong selamatkan abang hamba ….

Nolan tidak peduli lagi dengan dirinya sendiri yang sebenarnya juga terluka cukup parah. Dia tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup jika Liam tidak tertolong malam ini. Nyawa Liam terlalu berharga untuk melayang sia-sia demi menyelamatkan orang seegois dirinya.

Setibanya di rumah sakit, Dani bergegas ke dalam meminta pertolongan. Dia tidak paham prosedur saat membawa calon pasien, dia meneriaki siapa saja petugas rumah sakit yang ditemuinya. Alhasil, beberapa perawat langsung turun tangan setelah melihat Nolan tergopoh-gopoh menggendong Liam yang bersimbah darah.

Liam langsung dipindahkan ke brankar dan dilarikan ke ruang ICU. Nolan ingin selalu mendampinginya, tapi seorang suster menahannya di depan pintu.

“Tolong selamatkan abang saya, Sus.” Nolan berucap dengan titik permohonan paling purna.

Suster itu hanya mengangguk sekali, lalu bergegas masuk dan menutup pintu. Hal itu seolah menandakan betapa gawat kondisi Liam, membuat Nolan semakin kalut.

“Lo harus tenang.” Dani menepuk pelan pundak Nolan. “Mereka pasti akan menangani Liam dengan baik.”

“Makasih, ya,” lirih Nolan. Suaranya tenggelam di tengah isak.

“Lo harus dirawat juga.” Dani meringis samar melihat luka-luka di wajah Nolan.

Nolan menggeleng pelan. “Gue nggak apa-apa.” Dia benar-benar tidak merasakan sakit apa-apa lagi. Rasa takut dan bersalah lebih mendominasi.

“Lo harus telepon orangtua lo sekarang.”
Nolan memang akan menelepon mereka. Dia mengeluarkan ponselnya sambil menjauh beberapa langkah dari Dani. Alih-alih menghubungi Papa, dia malah menghubungi Marni. Meskipun selama ini nomor ibu tirinya itu tersimpan di kontaknya, tapi ini pertama kali dia akan menghubunginya.

“Halo!” Panggilan Nolan langsung diangkat detik itu juga, seolah si penerima memang sedang menunggu kabar. “Nolan?” Nada suara Marni terdengar tidak yakin, bahwa yang meneleponnya benar-benar Nolan. “Kamu di mana, Sayang?” Nuansa haru mulai merayapi hatinya.

Awalnya Nolan berusaha keras menahan suara tangisnya. Dia sampai membekap mulutnya sendiri. Namun, itu tidak berlangsung lama. Setiap tarikan nada khawatir yang diperdengarkan Marni membobol pertahanannya tanpa ampun. Dia akhirnya meraung.

“Sayang, kamu kenapa?” Entah sudah sepanik apa Marni di seberang sana. “Ayo cerita sama Mama.” Suaranya mulai bergetar.

Nolan malah meraung lebih kencang. Gema isaknya memenuhi lorong rumah sakit yang lengang. Sendi-sendinya terasa lemas. Dia membiarkan tubuhnya merosot hingga ambruk di lantai. Saking tidak berdayanya, ponsel di tangannya jatuh begitu saja.

Dani langsung bertindak melihat hal itu. Dia memungut ponsel Nolan.

“Halo!”

“Loh, ini siapa?”

“Saya Dani, Tan, temannya Liam.” Dani berusaha mempertahankan nada sopannya, meski napasnya agak memburu.

“Terus, Nolan mana?”

“Kayaknya dia masih syok banget, Tan.”

“Syok?”

“Kami lagi di rumah sakit.”

“Ha?”

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang