Setiap laki-laki melalui fase yang berbeda-beda menuju dewasa.
---
Dani pamit setelah menemani Nolan mendapatkan perawatan ringan untuk luka-lukanya.
"Lo pulangnya naik apa?" tanya Nolan sambil meringis samar. Nyeri bekas pukulan di sekujur tubuhnya baru mulai terasa.
"Paling ojol," jawab Dani santai. Malam ini salah satu malam paling menegangkan dalam hidupnya. Dia belum pernah mengemudikan mobil segila tadi.
"Pakai mobil gue aja dulu."
"Nggak usah. Lo lebih butuh buat jaga-jaga."
"Makasih, ya ...?" Ekspresi Nolan semacam bertanya nama.
"Gue Dani."
Sudut bibir Nolan pun terangkat sedikit. "Makasih, ya, Dan. Untung lo jago bawa mobil."
Dani terkekeh.
Nolan langsung memegangi pipinya saat nyaris ikut tertawa. Nyerinya makin terasa saat ototnya tertarik. "Oh ya, nggak ada kabar dari teman-teman lo?"
"Barusan gue telepon Bang Rain, tapi nggak diangkat." Sejujurnya Dani sangat khawatir. Jangan sampai mereka bertindak kejauhan.
"Kalau boleh tahu, gimana bisa kalian tiba-tiba datang?"
Dani memulai ceritanya dari warkop itu, saat mereka tidak sengaja melihat Reno dan gengnya.
"Kenapa kalian seyakin itu mereka akan mencelakakan gue?" tanya Nolan tidak sabaran.
"Lo udah berapa lama kenal Marsya?" Dani malah bertanya balik.
"Baru, sih."
"Karena masih baru, lo pasti belum cium boroknya, kan?"
Nolan mengernyit. Dia tidak merasa Marsya seburuk itu.
"Yang mukulin lo itu namanya Reno, pacarnya. Dia pasti cemburu. Dan gue yakin banget Marsya sengaja ngatur semuanya. Lo dijebak!"
"Masa, sih?" Nolan masih sulit untuk percaya. "Dia ngaku sama gue nggak punya pacar. Adanya mantan yang masih selalu ngejar-ngejar dia."
Dani tertawa muak. Meski tidak pernah berhubungan langsung, Marsya bisa membuatnya jengkel hanya dengan mengingat namanya. "Dia juga ngaku gitu sama Bang Rain. Dia tipe cewek yang nggak puas hanya dengan satu cowok." Dani kembali tertawa. Kali ini sambil geleng-geleng tidak habis pikir.
"Maksudnya, dia mantannya Bang Rain?" Nolan tidak kenal Rain. Namun, sepertinya orang ini turut hadir di keributan tadi. Dan sepertinya lagi, dia sosok yang disegani di lingkar pertemanan Liam.
"Lo nggak tahu?"
Nolan menggeleng.
"Berarti lo juga belum tahu kalau dia pernah mencoba menjebak Liam dengan foto murahan?"
"Menjebak gimana?" tanggap Nolan nyaris di detik yang sama. Ada nada tidak terima di suaranya.
Dani pun menceritakan detailnya. Fakta itu membuat Nolan tercengang.
Jadi, ini yang selalu pengin Liam bilang?
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana, ya.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Black
Teen FictionMeskipun gantengnya selangit, Kania tetap tidak menyukai Nolan. Baginya, cowok itu aneh karena selalu pakai kacamata hitam. Karena itu dia menjulukinya Mr. Black. Namun, sebuah insiden kecil malah mengharuskan Kania jadi asisten pribadi cowok itu. P...