Setiap kesalahan butuh pertanggungjawaban, dan setiap pertanggungjawaban butuh kebesaran hati.
---
Nolan bersedekap ketika Kania tiba di seberang meja di depannya. Arlan dan Tama bersitatap. Segila-gilanya cewek-cewek pada Nolan, selama ini tidak ada yang berani menghampiri meja mereka. Sudah jadi rahasia umum jika aslinya Nolan tidak semanis tampilannya di dunia maya. Ia cenderung ketus setiap kali ada cewek yang berusaha mendekatinya. Anehnya, mereka tetap aja mendewakan cowok bertubuh tegap 180 cm itu.
"Setelah gue pikir-pikir, rasanya nggak adil kalau gue harus ganti kacamata lo."
"Kenapa? Kaget, ya, setelah tahu harganya? Makanya, jangan sok!"
Kuping Kania seperti terbakar mendengar kalimat itu.
"Untung pas banget gue pakai yang paling murah. Biasanya juga gue pakai yang harganya dua kali lipat. Tadi pagi kayak ada feeling gitu. Tahu-tahu kacamatanya bakal dirusak sama lo."
Kania harus sabar. Menghadapi cowok ini memang harus ekstra hati-hati.
"Itu murni kecelakaan. Lo dan gue sama-sama nggak hati-hati."
Melihat ekspresi Kania yang tampak tidak gentar menantang tatapan Nolan, Arlan dan Tama melongo. Cewek ini seperti bukan makhluk bumi.
"Tapi bagian lo nginjak, itu murni ketidakhati-hatian lo!"
Dengan gerakan cepat Kania menyelipkan rambut ke belakang telinga. Berhadapan dengan Mr. Black membuatnya gerah.
Nolan berdiri, kemudian menarik ujung tudung hoodienya hingga nyaris menutupi matanya. "Gue punya penawaran khusus buat lo."
Kania pura-pura acuh dengan menatap ke arah lain, tapi ia menyimak dengan baik.
"Lo nggak harus ganti kacamata itu, lagian gue punya banyak di rumah. Tapi ... lo harus tetap ganti rugi."
Nah, ini. Kania seolah menemukan setitik harapan.
"Gini aja, lo bantu-bantu gue ngurusin produk-produk yang harus gue endors, kebetulan udah numpuk banget di rumah."
Kania langsung menjatuhkan tatapan tajamnya tepat di manik cokelat Nolan. "Lo nyuruh gue jadi babu lo?"
"Bahasa kerennya asisten," enteng Nolan. Senyum sinis tersungging tipis di bibirnya.
"Nggak akan!" timpal Kania serupa bentakan. "Mending gue beli sepuluh kacamata buat lo!"
"Oke. Tapi satu aja cukup, kok. Dan barangnya harus gue terima paling lambat tiga hari dari sekarang."
Kedua tangan Kania mengepal kuat-kuat. Dadanya naik turun penuh emosi. Gagal menemukan kalimat yang tepat untuk diucapkan, akhirnya ia berlalu begitu saja. Kakinya mengentak kuat-kuat, menimbulkan suara ketukan alas sepatu yang langsung jadi pusat perhatian.
***
Setelah jam istirahat, pelajaran di kelas Nolan kosong. Guru fisika mereka mendadak harus pulang setelah menerima telepon dari ART-nya. Anaknya yang masih balita tiba-tiba terserang panas dan harus dilarikan ke rumah sakit. Seorang guru piket barusan masuk untuk menyampaikan kabar itu dan membagikan buku paket baru. Katanya, mereka diminta membaca bab satu dan diwajibkan membuat minimal lima pertanyaan yang akan didiskusikan di pertemuan selanjutnya.
Lantas, kelas XII IPA 3 langsung tenang saking khusyuknya murid-murid membaca buku paket baru mereka? Tidak! Ada yang ngegosip, nge-game, live di Instagram, main truth or dare, bikin video tik-tok, dan beragam aktivitas khas jam kosong lainnya. Yang benar-benar mengerjakan tugas itu hanya segelintir. Mereka itu yang biasanya selalu nangkring di peringkat sepuluh besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Black
Fiksi RemajaMeskipun gantengnya selangit, Kania tetap tidak menyukai Nolan. Baginya, cowok itu aneh karena selalu pakai kacamata hitam. Karena itu dia menjulukinya Mr. Black. Namun, sebuah insiden kecil malah mengharuskan Kania jadi asisten pribadi cowok itu. P...